Profil Pimpinan Pondok Pesantren Babussalam Socah, Bangkalan

 Profil Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed. Apt.

 

 

Prof. Maksum Radji adalah putra pertama dari sebelas bersaudara. Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Dese4mber 1950 di Socah Bangkalan dari pasangan suami istri Bapak H. Mohammad Radji dan Ibu Hj. Siti Maryam.

 

Sejak kecil Prof. Maksum, memang sudah kelihatan disiplin dalam beribadah. Disamping sekolah umum, beliau tidak pernah absen untuk belajar mengaji secara tradisional di surau keluarga setiap sore hingga malam setelah pulang dari sekolah Madrasah. Sejak memasuki usia SMP dan SMA beliau selalu ikut pengajian keliling yang diselenggarakan oleh Pimpinan Muhammadiyah Cabang Socah mendampingi sang ayahanda yang waktu itu merupakan pimpinan Muhammadiyah Cabang Socah. Selain disiplin, beliau mempunyai kemauan yang luar biasa dalam menuntut ilmu dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.

 

Di eranya beliau, banyak orang yang belum terlalu memikirkan pendidikan dan sekolahpun masih jarang, akan tetapi beliau mempunyai kemauan tersendiri untuk melanjutkan sekolahnya setelah lulus dari sekolah dasar. Hal ini terbukti dari sekian banyak teman seangkatannya ketika di Sekolah Rakyat dulu, hanya 4 orang saja yang meneruskan sekolah ke tingkat SMP di Bangkalan.

 

Kemauannya untuk belajar didorong oleh keluarga beliau yang memang merupakan salah satu keluarga yang memikirkan pendidikan disamping juga agamanya. Sang ayahanda H. Muhammad Radji, selain mengajar ngaji dan ilmu agama bagi anak-anak dan remaja di sekitar rumahnya, juga menjadi salah satu perintis pembangunan Madrasah Muhammadiyah Socah.

 

Selain itu kedua orang tuanya juga selalu mengajarkan dan melatih putra-putrinya untuk senantiasa taat dalam beribadah. Adapun latar belakang Prof. Maksum adalah berasal dari keluarga yang sangat sederhana sehingga beliau terbiasa berprihatin sebagaimana yang diajarkan oleh kedua orang tua beliau.  

 

Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Bangkalan, beliau diterima di Farmasi Universitas Indonesia. Untuk menyelesaikan program S1 nya, Prof. Maksum kuliah sambil bekerja sebagai staf marketing di sebuah perusahaan Farmasi terkemuka. Pekerjaannya sebagai tenaga marketing sangat dinikmatinya, disamping harus menyelesaikan kuliahnya dan membina keluarganya, karena beliau telah menikah sebelum menyelesaikan program S1 nya di Universitas Indonesia, Jakarta.

Mengalirnya darah seorang pendidik yang diwariskan oleh ayah beliau akhirnya menginspirasi Prof. Maksum, untuk kemudian mengundurkan diri dari sebuah perusahaan farmasi swasta, dan lebih memilih untuk mengabdi sebagai dosen di almamaternya yaitu di Farmasi Universitas Indonesia setelah beliau lulus kuliah.

Selama menjadi mahasiswa, Prof. Maksum aktif sebagai anggota HMI wilayah Jakarta, aktif sebagai remaja Masjid Arief Rahman Hakim, Universitas Indonesia Salemba, dan beliau menjadi salah satu perintis terbentuknya Youth Islamic Study Club (YISC) Masjid Al-Ashar Kebayoran Baru Jakarta. Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar ini merupakan organisasi pemuda masjid yang pertama berdiri di tanah air, yang didirikan di Jakarta pada tanggal 16 Mei 1971. Organisasi ini muncul sebagai jawaban atas berbagai persoalan yang menghinggapi generasi muda pada masa itu, yang sedang mengalami perubahan seiring dengan pola kebijaksanaan di tingkat lokal, nasional dan global. Alhamdulillah hingga saat ini YISC Al-Azhar semakin maju dan berkembang dengan pesat untuk membina para remaja berdasarkan nilai-nilai Islami dan kesejahteraan umat.

 

Ada suatu pengelaman yang sangat berkesan bagi beliau adalah ketika beliau antar jemput penceramah yang amat terkenal di zamannya yaitu Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat, sebagai narasumber rutin di majelis taklim yang diselenggaran oleh YISC, menggunakan angkutan umum yaitu bemo dari daerah Cilandak ke Masjid Al-Azhar Jakarta. Berinteraksi dengan Prof. Dr. Hamka, dan Prof. Osman Ralibi yang juga menjadi narasumber rutin di YISC merupakan kesan tersendiri bagi Prof. Maksum dalam perjalanan hidupnya. Demikian pula ketika Prof. Maksum mendapatkan rekomendasi dari Bapak M. Natsir, mantan Perdana Menteri Indonesia, untuk memperoleh buku-buku dari sebuah Toko buku di daerah Jl. Kramat Raya Jakarta, untuk berjualan buku di pelataran Masjid setiap selesai sholat Jum’at berjamaah, merupakan anugerah tersendiri bagi beliau.

 

Dalam perjalanan kariernya sebagai dosen beliau memperoleh beasiswa untuk melanjutkan program S2 di bidang Biomedik di Fakultas Kedokteran UI, dan melanjutkan program doktoralnya di Nara Insitute of Science and Technology, Jepang. Sebagai seorang dosen Prof. Maksum memiliki kepribadian yang sederhana. Selama menjadi dosen dan ketika menjadi pimpinan di Farmasi UI, Prof. Maksum senantiasa mengedepankan nilai-nilai dakwah dalam hidupnya. Baginya hidup adalah suatu pengabdian, mengajar dan menulis buku adalah bagian dari mewariskan ilmu untuk memperoleh ridho Allah. Sehingga pendekatan pada para anak didiknya senantiasa melalui pendekatan dakwah bahwa belajar yang terbaik adalah pembekalan diri untuk menjadi manusia yang paling bermanfaat bagi sesama. Beliau tidak memisahkan diri dari para mahasiswanya. Walaupun beliau sering mendapat penghargaan ilmiah sebagai peneliti, ataupun sebagai penulis buku yang paling produktif, namun yang paling berkesan bagi beliau adalah ketika beliau mendapatkan penghargaan sebagai dosen terfavorit yang diberikan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Farmasi UI.

 

Naluri dakwahnya inilah yang menjadikan Prof. Maksum senantiasa aktif terlibat dalam kegiatan majelis-majelis Taklim. Selain manjadi khatib sholat Jum’at, beliau juga rutin memberikan kultum dan tauziyah di Masjid, di mana beliau tinggal saat ini. Beliau juga tercatat sebagai Ketua Dewan Penasihat/Dewan Suro DKM Ash-Shofa Depok.

 

Ketika kedua orang tua beliau telah meninggal dunia, beliau memimpin dan mengajak seluruh sandara-saudaranya untuk mewakafkan sebagian tanah warisan orang tuanya bagi kemaslahatan umat di sekitarnya. Alhamdulillah melalui kesefahaman bersama, seluruh keluarga besar mendukung untuk menjadikan sebagian tanah warisan kedua orang tuanya sebagai ladang pahala jariyah bagi kedua orang tuanya. Di sebagian tanah keluarga besar inilah terbangun beberapa bangunan sederhana berbentuk gubuk-gubuk sebagai tempat untuk mendidik anak dan remaja di sekitarnya, karena surau keluarga sudah tidak muat lagi untuk menampung anak-anak belajar ngaji.

 

Gubuk-gubuk sederhana dan bernuansa terbuka dengan angin semilir inilah, yang kemudian dikenal sebagai pondok Babussalam Socah, sejak tahun 2013 yang lalu. Padahal cikal bakalnya sudah ada sejak kedua orang tua beliau aktif mengabdikan dirinya untuk mengajar ngaji di Surau keluarga besar bagi warga sekitarnya. Kini Pondok Babussalam Socah telah memiliki santri sekitar 250 orang yang terdiri dari santri usia prasekolah, santri usia SD, santri usia SMP dan SMA.

 

Saat ini di komplek Pondok Babussalam Socah telah berdiri Masjid Babussalam. Alhamdulillah berkat dukungan semua pihak, para donatur dan para jamaah serta para orang tua santri, Masjid Babussalam Socah telah mampu melaksanakan berbagai aktivitas dakwah, dalam rangka kemakmuran masjid dan pembinaan masyarakat sekitarnya. Kehadiran Pondok Babussalam Socah dan berdirinya Masjid Babussalam ditengah-tengah masyarakat, telah mendapat dukungan sangat besar dari masyarakat. Sehingga kegiatan-kegiatan para santri dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, telahdirasakan manfaatnya bagi sluruh warga sekitarnya dan telah terjalin hubungan yang harmonis antara santri, masyarakat luas, dan para pengasuh pondok.

 

Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya bagi kita semua.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamin.

Oktober 2021