Foto apel pagi
Ujian sejatinya adalah sesuatu yang memang tidak disukai oleh manusia. Tetapi janji Allah itu pasti, di mana Allah tidak mengakui keimanan seseorang kecuali ia akan diuji. Kata Allah
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji. (Al ankabut: 2).
Jadi dimana beda cara pandang santri terhadap ujian?. Perhatikan ayat ini,
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqoroh: 155).
Banyak orang yang ketika membaca ayat ini berfokus terhadap macam-macam ujian yang akan Allah hadirkan kepada kita. Sehingga justru membuat letih sebelum berperang. Disinilah letak perbedaan cara pandang tolib dan awam. Hasil dari cara membaca ayat dengan ulumul qur’an akan menghadirkan simpulan-simpulan yang indah. Coba perhatikan ayat diatas, ada kata “bisyai’in”, apa faedahnya?. Sedangkan dalam ayat lain,
(An-Nahl : 112) فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلْجُوعِ وَٱلْخَوْفِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْنَعُونَ
Kata yang digunakan justru “libasa”. Maka ketika kita baca dengan ilmu munasabah ayat, disini kita akan mendapat angle yang indah. Ayat yang pertama, didahului dengan ayat yang berbicara tentang istianah (memohon pertolongan kepad Allah). Ujian yang dihadapi dengan isti’anah sabar dan sholat, menjadikan ujian akan dirasakan dengan “bisya’in” (Sesuatu-Sedikit, lembut) oleh orang-orang yang beriman. Sedangkan di ayat yang ke-dua, Allah membuat perumpamaan mereka yang duji (bahkan dengan ujian kenikmatan) lalu mereka kufur, mereka akan merasakan ujian itu dengan kata “libasa” (Pakaian-berat-sampai ujian itu terasa menyelimuti kehidupan).
Jadi kesimpulan yang didapatkan dari cara membaca santri menggunakan ilmu mampu menghadirkan mindset yang baik dan optimis. Itulah letak perbedaannya sudut pandang yang harus dibangun oleh seorang tolib. Barokallahufikum, semangat terus para santri. Jangan lemah. خذ الكتاب بقوة
(Ust. Safa)