BAKHIL (البخل)
Pengertian Bakhil
Bakhil secara bahasa berarti, menahan, mencegah, dan merupakan lawan dari kemurahan hati, dermawan dan suka mengeluarkan bantuan. Dalam bahasa arab kata “bakhil “ sering juga disebut dengan شح (syuhhun), yang berarti sangat pelit atau kikir, tidak mau melepaskan sebagian haknya kepada orang lain dengan Ikhlas hati. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 128 :
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ
…dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir…
Bakhil menurut para Ulama
Al-Qurthubi mengatakan, bakhil adalah manusia yang menahan hartanya , tidak memberikan haknya yang wajib, seperti zakat, infak, dan sedekah fiisabilillah. Adapun menahan harta pada perkara yang tidak wajib atasnya untuk mengeluarkan zakat, bukanlah kebakhilan.
Ibnu Jarir At-Thabari mengatakan, makan bakhil dalam ayat ini adalah mereka yang tidak mau membelanjakan hartanya di jalan Allah dan tidak mau menunaikan zakatnya.
Dalam tafsir Humud, memberikan contoh bakhil seperti, tidak mau mengeluarkan zakat, tidak mau peduli atau tidak mau berkoraban disaat orang lain atau umat membutuhkan (bantuan).
Ibnu Abbas mengatakan, mereka adalah orang orang yahudi, mereka bakhil, yaitu tidak mau menjelaskan kepada manusia tentang apa saja yang ada dalam Taurat. Juga mereka menyembunyikan tentang kenabian Muhammad beserta sifat-sifatnya.
Dari uaraian para ulama tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa bakhil atau kikir adalah, tidak adanya kepedulian atau kemurahan hati untuk melepaskan bagian dari haknya baik berupa harta, tenaga dan fikirannya untuk fiisabilillah, atau untuk kepentingan kemaslahatan umat. Seperti bakhil dengan harta, tidak mau mengeluarkan zakat, infaq dan sedekahnya. Bakhil dengan tenaganya tidak mau menolong orang yang sedang kesulitan yang membutuhkan bantuan tenaganya, padahal dia mampu menolongnya. Bakhil dengan ilmu dan pemikirannya, seperti tidak mau berbagi ilmu, padahal dia punya ilmunya, tidak mau menyampaikan ilmu agama padahal ia ahli agama, pelit untuk memberikan informasi-informasi penting untuk kemaslahatan umat dansebagainya.
Perumpamaan Orang Bakhil
Rasulullah memberikan perumpamaan bagi orang yang bakhil dengan sabdanya:
مَثَلُ الْبَخِيلِ وَالْمُنْفِقِ كَمَثَلِ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُبَّتَانِ مِنْ حَدِيدٍ مِنْ ثُدِيِّهِمَا إِلَى تَرَاقِيهِمَا فَأَمَّا الْمُنْفِقُ فَلَا يُنْفِقُ إِلَّا سَبَغَتْ أَوْ وَفَرَتْ عَلَى جِلْدِهِ حَتَّى تُخْفِيَ بَنَانَهُ وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ وَأَمَّا الْبَخِيلُ فَلَا يُرِيدُ أَنْ يُنْفِقَ شَيْئًا إِلَّا لَزِقَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَكَانَهَا فَهُوَ يُوَسِّعُهَا وَلَا تَتَّسِعُ
“Perumpamaan bakhil (orang pelit bershadaqah) dengan munfik (orang yang suka berinfak) seperti dua orang yang masing-masing mengenakan baju jubah terbuat dari besi yang hanya menutupi buah dada hingga tulang selangka keduanya. Adapun orang yang suka berinfaq, tidaklah dia berinfaq melainkan bajunya akan melonggar atau menjauh dari kulitnya hingga akhirnya menutupi seluruh badannya sampai kepada ujung kakinya. Sedangkan orang yang bakhil, setiap kali dia tidak mau berinfaq dengan suatu apapun maka baju besinya akan menyempit sehingga menempel ketat pada setiap kulitnya dan ketika dia mencoba untuk melonggarkannya maka dia tidak dapat melonggarkannya” (HR. Bukhari).
Ibnu Hajar Al-Asqoalani Menjelaskan tentang maksud perumpamaan ini, bahwa orang yang dermawan setiap kali ingin mengeluarkan sedekah, maka hatinya akan lapang, jiwanya menjadi ridha, sehingga dapat bersedekah dengan leluasa. Sedangkan orang yang kikir apabila terbetik dalam dirinya untuk bersedekah, maka jiwanya menjadi sesak dan hatinyapun semkin menyempit serta tangannya terkungkung. Allah Subhanahu wata’ala berfirman: “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS. Al-Hasyr : 9).
Bakhil Penyebab Kehancuran
Karena bakhil ini dapat menyebabkan kecelakaan, pertumpahan darah, dan menghalalkan yang haram, maka bakhil ini diperintahkan untuk dijauhi. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam :
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ
“Hindarilah kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak! Jauhilah kekikiran, karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang sebelum kalian yang menyebabkan mereka menumpahkan darah dan menghalalkan yang diharamkan” (HR. Muslim).
Dalam hadits yang lain rasulullah bersabda :
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
“Jauhilah sifat pelit, karena sesungguhnya yang membinasakan orang sebelum kalian adalah sifat pelit. Mereka diperintahkan untuk bersifat bakhil maka merekapun bersifat bakhil dan mereka diperintahkan untuk memutuskan hubungan kekerabatan maka merekapun memutuskan hubungan kekerabatan, dan mereka diperintahkan untuk berbuat dosa maka merekapun berbuat dosa” (HR. Abu Daud).
Bahkan para malaikat selalu mendo’akan kehancuran setiap pagi bagi orang yang bakhil, sebagaimana sabda rasulullah :
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil) ” (HR. Bukhari).
Bakhil Mendatangkan Adzab di Akhirat
Tidak hanya dalam kehidupan dunia saja bakhil ini bisa mendatangkan kehancuran tetapi sifat bakhil juga berimbas sampai pada kehidupan akhirat. Orang yang bakhil kelak dihari kiamat akan mendapatkan siksaan yang pedih. Allah berfirman:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Ali-Imran: 180).
As-Sa’di mengatakan, ” janganlah orang-orang yang menahan keutaman keutamaan yang telah Allah karunialkan kepada mereka itu baik berupa harta kekayaan, kemulyaan, prestasi, kelas tinggi dan sebagainya itu adalah lebih baik bagi mereka, justru anggapan itu adalah sangatlah buruk bagi agama dan kehidupan dunia mereka.
Kelak pada hari kiamat harta yang mereka bakhilkan itu, yang tidak mau dizakatkan, diinfakkan dan tidak mau disedekahkan di jalan Allah itu akan Allah kalungkan dilehernya. Mereka akan diadzab dengan hartanya itu ,sebagaimana hadits:
مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ – يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ – ثُمَّ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ، ثُمَّ تَلاَ: (لَا يَحْسِبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ) ” الآيَةَ
“Barangsiapa yang Allah berikan harta namun tidak mengeluarkan zakatnya maka pada hari qiyamat hartanya itu akan berubah wujud menjadi seekor ular jantan yang bertanduk dan memiliki dua taring lalu melilit orang itu pada hari qiyamat lalu ular itu memakannya dengan kedua rahangnya, yaitu dengan mulutnya seraya berkata,: ‘Aku inilah hartamu, akulah harta simpananmu”. Kemudian Beliau membaca firman Allah subhanahu wata’ala QS Alu ‘Imran ayat 180 yang artinya “(Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, ……”) (HR. Bukhari).
Bakhil Akan Selalu dipeprtemukan dengan kesulitan
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya menjulur ke rumah tetangganya seorang fakir yang banyak anaknya. Tiap kali pemilik kurma itu memetik buahnya ia memetiknya dari rumah tetangganya, dan apabila ada kurma jatuh dan dipungut oleh anak-anak itu, ia segera turun dan merampasnya dari tangan anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk ke mulut anak-anak itupun dipaksa dirogoh dan dikeluarkannya.
Orang fakir itu mengadukan hal itu kepada Nabi saw. dan beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian Rasulullah saw. bertemu dengan pemilik kurma itu dan bersabda: “Berikanlah kepadaku pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si Anu, dan bagianmu sebagai gantinya pohon kurma di surga. Pemilik pohon kurma itu berkata: “Hanya sekian tawaran tuan?” Aku mempunyai banyak pohon kurma dan pohon kurma yang diminta itu paling baik buahnya.” Pemilik pohon kurma itu pergi. Pembicaraan dengan Nabi saw. itu terdengar oleh seorang Dermawan yang langsung menghadap kepada Rasulullah saw, dan berkata: “Apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku, jika pohon kurma itu telah menjadai milikku?” Rasulullah menjawab: “Ya.” Maka pergilah orang itu menemui pemilik pohon kurma itu. Pemilik pohon kurma itu berkata: “Apakah engkau tahu bahwa Muhammad saw menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetangga? Dan bahwa aku telah mencatat tawarannya, akan tetapi buahnya sangat mengagumkan, padahal aku banyak mempunyai pohon kurma, dan tidak ada satupun pohon yang selebat itu.” Maka berkata orang dermawan itu: “Apakah kau mau menjualnya.” Ia menjawab: “Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memnuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak akan ada yang sanggup.” Dermawan itu berkata lagi: “Berapa yang engkau inginkan?” Ia berkata: “Aku inginkan empat puluh pohon kurma.” Ia pun terdiam kemudian berkata lagi:
“Engkau minta yang bukan-bukan, baik aku berikan empat puluh pohon kurma kepadamu, dan aku minta saksi jika engkau benar mau menukarnya.” Ia memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu.
Dermawan itu pun menghadap kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Ya Rasulullah! Pohon kurma itu telah menjadi milikku dan akan aku serahkan kepada tuan. Maka berangkatlah Rasulullah saw kepada pemilik yang fakir itu dan bersabda: “Ambillah pohon kurma ini untukmu dan keluargamu. Maka turunlah ayat ini (QS. 92:1-akhir surat), sebagai bentuk pujian bagi dermawan yang iman dan taqwa, sekaligus sebagai celaan bagi yang bakhil dan tidak iman kepada pahala terbaik di surga.
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى () وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى () فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى () وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى () وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى () فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى () وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, (tidak butuh pertolongan Allah), serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”.
Bakhil Akan Jauh dari Allah
Orang yang kikir hatinya akan jauh dari Allah karena tidak bisa bertemu dan menyatu dalam hati seseorang antara keimanan yang kuat dengan sifat kikir dalam dirinya. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Shallallahu “alaihi Wasallam:
لَا يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالْإِيمَانُ فِي جَوْفِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ،
“Tidak akan berkumpul antara sifat pelit dan iman dalam diri seorang muslim.” ( HR. Ahmad )
Allah Bakhil Kepada Orang Yang Bakhil
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:
عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي مِنْ بَيْتِي إِلَّا مَا أَدْخَلَ عَلَيَّ الزُّبَيْرُ أَفَأُعْطِي قَالَ نَعَمْ وَلَا تُوكِي فَيُوكَى عَلَيْكِ يَقُولُ لَا تُحْصِي فَيُحْصَى عَلَيْكِ
Dari Abu Mulaikah dari Asma’ binti Abu Bakar ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak memiliki sesuatu kecuali apa yang diberikan oleh Zubair kepadaku, apakah aku harus bersedekah dengannya?” Nabi menjawab: “Ya, dan janganlah engkau bakhil, maka Allah akan bakhil kepadamu (HR. Tirmidzi).
Kebakhilan menutup Pintu Pahala
sebagaimana Firman Allah:
هَاأَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir , dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini (QS. Muhammad : 38).
Dalam tafsir Humud dijelaskan bahwa Allah menyeru orang-orang islam untuk membelanjakan hartanya dijalan Allah, memberikan hartanya untuk para mujahid yang berjuang melawan musuh-musuh mereka, memberikan sebagian hartanya kepada orang-orang yang berjuang menolong dan menegakkan agamaNya, tetapi ada diantara mereka orang yang beriman yang bakhil untuk infak di jalan ini dan tidak mau berjihad di jalan Allah ini. Maka Siapa yang bakhil maka dia telah mencedrai dirinya sendiri, krena telah menutup pintu masuknya pahala, menutup pintu masuknya ridho Allah, Pdahal Allah maha kaya dibanding hamba-hambanya, sedangkan hamba sangatlah fakir sangat membutuhkan karunia dari Allah.