TAQORRUB ILALLAH

Prof. Maksum Radji

Prof. Maksum Radji

 

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَا بْتَغُوْۤا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّـكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.” (QS. Al-Ma’idah: 35).

 

Ayat di atas merupakan salah satu  perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala  untuk mencari jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, atau Taqarrub-ilallah. Terkait dengan ayat di atas, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya adalah dengan melakukan ketaatan kepada-Nya dengan mengerjakan amal shaleh yang diridhai-Nya.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, 

وَا سْجُدْ وَا قْتَرِبْ

 

“Dan, sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Allah).” (QS. Al-Alaq: 19).

 

Dalam surah Al-Kahfi ayat 110, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّا حِدٌ ۚ فَمَنْ كَا نَ يَرْجُوْا لِقَآءَ رَبِّهٖ فَلْيَـعْمَلْ عَمَلًا صَا لِحًـاوَّلَايُشْرِكْ بِعِبَا دَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا

 

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Rabb kamu adalah Rabb Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Kahf: 110).

 

Dalam sebuah Hadits qudsi dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa Allah berfirman,

 

وَإِذَا تَقَرَّبَ الۡعَبۡدُ إِلَيَّ شِبۡرًا تَقَرَّبۡتُ إِلَيۡهِ ذِرَاعًا وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبۡتُ مِنۡهُ بَاعًا وَإِذَا أَتَانِي مَشۡيًا أَتَيۡتُهُ هَرۡوَلَةً . رواه البخاري و مسلم

 

“Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia mendatangiku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jamaah rahimakumullah,

Dalil-dalil di atas merupakan tuntunan bagi umat Muslim untuk senantiasa Taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Taqarrub adalah upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedekatan manusia dengan Sang Pencipta yang lebih utama adalah kedekatan ruhani. Kedekatan inilah yang diyakini akan membuat manusia merasa selalu diawasi dan dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Adapun tujuan Taqorrub Ilallah adalah untuk meraih kecintaan Allah kepada hamba-Nya.

Sebagaimana hadits qudsi dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa Allah berfirman,

 

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبۡدِ بِشَيۡءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افۡتَرَضۡتُ عَلَيۡهِ وَمَا يَزَالُ عَبۡدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ.  رواه البخاري

 

“Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada melaksanakan apa yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah (nawafil) hingga Aku mencintainya.” (HR. Al-Bukhari).

 

Makna dari Hadits qudsi di atas bahwa ada dua amalan untuk taqarrub ilallah. Disamping melaksanakan amalan-amalan fardhu meliputi mengerjakan perkara-perkara yang diwajibkan dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, juga melaksanakan ibadah-ibadah sunnah. Dengan demikian, orang yang bertaqarrub dengan yang sunnah setelah yang wajib mempunyai keistimewaan lebih tinggi dari yang sekedar menunaikan yang wajib saja.

 

Lantas bagaimana cara untuk taqorrub ilallah.

Terdapat beberapa kiat untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, antara lain adalah,

 

Pertama, menjaga sholat fardhu dan sholat sunnah.

Sholat sebagai salah satu dari rukun Islam merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim.

 

Mengerjakan ibadah sholat baik yang fardhu atau yang sunnah, merupakan kebutuhan bagi orang yang beriman, karena sholat merupakan tiang agama dan merupakan salah satu cara bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. 

 

Amal ibadah lainnya yang termasuk dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah adalah melaksanakan ibadah puasa, baik puasa wajib dan sunnah. Hal ini karena umat Muslim dituntut untuk menahan diri dari makanan, minuman, dan perilaku tertentu, untuk mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa.

 

Kedua, membaca Al-Qur’an, berdzikir dan bersyukur.

Memperbanyak tilawah atau membaca Al-Qur’an, dan selalu mengingat Allah, tidak hanya membuat kita semakin dekat dengan Allah, akan tetapi akan mendatangkan pahala, dan  membuat kita menjadi pribadi yang semakin sabar, lapang dada, jujur, dan pandai bersyukur. 

 

Al-Qur’an diturunkan untuk diamalkan dan dijadikan sebagai pedoman bagi orang-orang yang beriman. Dengan rajin membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, serta memperbanyak dzikir mengingat Allah, Insyaallah kita termasuk orang-orang yang dicintai dan dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Demikian pula dengan memperbanyak bersyukur akan  semakin dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Bersyukur dengan ikhlas dan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan kemurahan Allah, niscaya akan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Ketiga, senantiasa mengingat akan kematian.

Setiap yang hidup pasti akan mati karena tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Begitu pula dengan jiwa manusia yang kelak akan diambil oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala Sang Pencipta.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَاِ نَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّا رِ وَاُ دْخِلَ الْجَـنَّةَ فَقَدْ فَا زَ  ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا مَتَا عُ الْغُرُوْرِ

 

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali ‘Imran: 185).

 

Seorang Muslim yang cerdas adalah orang yang senantiasa mengingat akan kematian. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar r.a,

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

 

“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita, aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik? Beliau menjawab: yang paling baik akhlaknya, orang ini bertanya lagi: Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?, Beliau menjawab: yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal.” (HR. Ibnu Majah).

 

Dengan memperbanyak mengingat akan kematian, akan meningkatkan amal ibadah dan menjadikan kita semakin mendekatkan diri dengan Allah.

 

Kematian pasti menghampiri makhluk hidup, namun hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui waktunya. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah yang beriman jangan sampai tergiur akan gemerlap dunia yang fana karena dunia hanyalah tempat singgah sementara untuk menuju alam yang kekal yaitu negeri akhirat. 

 

Marilah kita memperbanyak bekal untuk kembali ke negeri akhirat dengan memperbanyak amal sholeh dan amal jariyah yang pahalanya terus mengalir hingga yaumil qiyamah nanti.

 

Rasulullah bersabda bahwa ketika seseorang meninggal dunia, semua amalan akan terputus kecuali tiga hal.

 إذَا مَاتَ ابْنَ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاّ مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

 

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

 

“Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang mendoakannya,” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i).

 

Demikianlah uraian tentang Taqarrub ilallah.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua semua.

 

“Yaa Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah pada akhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal penutupnya, dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku bertemu dengan- Mu.” (HR Thabrani).

 

Aamiin Ya Rabbal Alamin.

*). Disarikan dari berbagai sumber.

 

 

 

 

Penulis : Prof Maksum Radji

Editor : Fajar Andrianto

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply