Amal ibadah yang diterima : Prof Maksum Radji (Penasihat Pondok Pesantren Babussalam Socah)
Assalamu ‘alaikum Warahmatullaahi wa barakatuh.
Pertama, marilah kita memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan sunnah beliau hingga ajal menjemput kita.
Jamaah Rahimakumullah.
Suatu hari Atha As-Salami ra. seorang tabi`in yang mulia, bermaksud menjual kain yang telah ia tenun kepada penjual kain di pasar. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, “Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya.” Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, “Atha sahabatku, aku mengatakan dangan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dangan harga yang sesuai.” Mendengar tawaran tersebut, Atha’ menjawabnya, “Wahai sahabatku, engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? Ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya, tetapi di mata engkau sebagai ahlinya, ternyata kain itu ada cacatnya. Begitulah aku menangis kepada Alloh karena aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun tiada cacatnya sama sekali, mungkin di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis.”
Jamaah Rahimakumullah.
Tidak semua penghuni neraka adalah orang-orang yang selama di dunia kegemarannya hanya bermaksiat, pencandu narkoba, korupsi, berzina, dan lain sebagainya. Ternyata, diantara penghuni neraka itu ada manusia yang rajin beramal, bahkan sampai keletihan dalam beramal saking berat dan banyaknya amalannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Ghasyiyah 88: Ayat 1-4):
هَلۡ اَتٰٮكَ حَدِيۡثُ الۡغَاشِيَةِؕ
1.”Sudahkah sampai kepadamu berita tentang (hari Kiamat)?”
وُجُوۡهٌ يَّوۡمَٮِٕذٍ خَاشِعَةٌ
2.”Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina,”
عَامِلَةٌنَّاصِبَةٌ
3.”(karena) amalan amalan yang melelahkan,”
تَصۡلٰى نَارًا حَامِيَةً
4.”mereka memasuki api yang sangat panas, menyala nyala (neraka)”
Itulah gambaran tentang salah satu ahli neraka. Mereka yang rajin beramal lagi kepayahan, namun memasuki api yang sangat panas (neraka). (QS. al-Ghasyiyah: 3–4).
Rangkaian ayat-ayat di awal surah ini bercerita tentang neraka dan para penghuninya. Ternyata salah satu penyebab orang dimasukkan ke neraka adalah amalan yang banyak dan beragam, tapi penuh cacat, baik motif dan niatnya, maupun kaifiyat (tatacara) yang tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah.
Jamaah Rahimakumullah.
Suatu ketika Khalifah Umar bin khattab melewati suatu perkumpulan yang didalamnya ada seorang rahib, kemudian beliau berhenti dan tatkala Umar melihat kepada sang rahib diapun menangis, dan seseorang berkata kepadanya : wahai amirul mukminin dia adalah seorang nasrani, mengapa engkau menangis atasnya ?, kemudian beliau menjawab, ya saya tahu akan hal itu, akan tetapi saya merasa kasihan kepadanya tatkala aku mengingat firman Allah :
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ,تَصۡلٰى نَارًا حَامِيَةً
Aku kasihan dengan kedudukan dan kerja kerasnya yang akhirnya hanya menjerumuskannya ke dalam neraka. “Itulah yang membuatku menangis.”
Jamaah Rahimakumullah
Lantas apa saja syarat ibadah yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala? Berdasarkan nash Al-Quran dan Hadits, syarat ibadah/amal yang diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah:
1. Iman,
2. Ikhlas
3. Ibadah yang dilakukan sesuai dengan ilmunya, dan
4. Sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallohu alaihi was sallam.
1. Iman. Sudah selayaknya kita bersyukur, Allah jadikan kita menjadi orang mukmin, karena iman adalah salah satu syarat bagi kita agar ibadah kita diterima oleh Allah.
2. Ikhlas. Ibadah harus dilakukan secara ikhlas. Ibadah dilakukan dengan kesadaran sendiri dan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji ataupun karena dipaksa. Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, lagi tetap teguh di atas tauhid, dan supaya mereka mendirikan shalat serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah Agama yang benar” (QS. AlBayyinah:5).
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Pemelihara alam semesta.“ (QS. Al-An‘âm: 162).
Nabi bersabda: “Allah tidak menerima amalan kecuali dikerjakan dengan ikhlas dan hanya mencari ridla-Nya.” (HR. Al-Nasâ`i).
Niat yang ikhlas semata, belumlah cukup untuk membuat amal kita diterima. Semangat, bukan modal utama agar amal kita diterima. Karena kita juga dituntut untuk benar dalam tata caranya.
3. Ibadah yang dilakukan harus disertai ilmunya. Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al-Israa’:36).
Umar bin Khattab pernah mengatakan: “Siapa yang beribadah tanpa disertai ilmunya, maka ibadahnya tertolak dan tidak diterima.” Jika ibadah dilakukan tanpa disertai pengetahuan tentang ilmunya, maka ibadah tersebut bisa salah dalam tata cara serta tidak dipenuhi syarat dan rukunnya. Mu’adz bin Jabal mengatakan, “Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.”
4. Sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw. Tata cara ibadah harus sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Ibadah yang dilakukan harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat. Nabi bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari).
“Barang siapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara kami ini yang tidak ada tuntunan (Islam) di dalamnya maka ditolak.”(Muttafaq ‘alaih).
“Sesungguhnya sebaik-baik berita adalah Kitabullah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik bimbingan, adalah bimbingan Muhammad, sedang sejelek-jelek perkara adalah mengada-ada padanya, dan setiap bid`ah (penyimpangan dengan mengada-ada) adalah sesat.” (HR. Muslim, Ibn Majah, Ahmad & Darimi).
Jamaah Rahimakumullah
Demikianlah syarat Ibadah yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua, sehingga kita bisa melaksanakannya dengan benar dan istiqomah. Amin yaa Rabbal Aalamiin. Wabillahittaufiq wal hidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh.
**(Disarikan dari berbagai sumber)
Penulis : Prof. Dr. Maksum Radji
Editor : Fajar Andrianto