Pena Babussalam, Menurut Ensiklopedi Islam, “Fitnah” berasal dari bahasa arab berarti kekacauan, bencana, syirik, cobaan, ujian, dan siksaan.
Al-Isfahani mengartikan fitnah , adalah segala bentuk tindakan yang menyakiti, menyulitkan, berupa ujian, cobaan, tekanan, malapetaka, bencana, kesusahan, masalah, pembunuhan, penindasan, hukuman, penyiksaan dan sebagainya. Jika fitnah itu dari Allah maka pasti ada hikmah dibaliknya. Namun, jika fitnah itu dari manusia, maka pelakunya berdosa, dikecam dan diancam hukuman oleh Allah SWT (ar-Raghib al-Isfahani, Mufradat Alfaz al-Qur’an, hlm. 623-624)
Orang-orang yang beriman saat ini tengah dihadapkan dengan cobaan dan godaan yang sangat besar. Fitnah-fitnah atau kondisi yang sangat menyulitkan, malapetaka, bencana, terutama bencana moral dan bencana sosial datang silih berganti bagaikan potongan malam, yang ditandai dengan adanya berbagai macam bentuk kemungkaran, retaknya jalinan sosial, merosotnya nilai-nilai moralitas bangsa , ketidak jujuran, korupsi, pembunuhan dan berbagai macam prilaku kriminal lainnya yang kian marak.
Rasulullah banyak sekali memperingatkan kita tentang perkara-perkara fitnah akhir zaman, agar kita selalu mewaspadainya. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang di pagi harinya beriman dan di sorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, mereka menjual agamanya hanya dengan sepotong gemerlap dunia.” (HR. Muslim)
Potongan malam yang gelap dalam hadits tersebut adalah bentuk metafora, yang menunjukkan bahwa begitu gelapnya fitnah dunia yang datang , sehingga seseorang begitu mudah terjatuh kedalam kekafiran .
Fitnah dunia telah menjadikan mereka menukar agamanya dengan secuil kesenangan dunia. Mereka tidak bisa sabar untuk memepertahankan ke imanan mereka , disaat kesulitan hidup menerpa . Keimanan menjadi goyah saat dilanda iming-iming kedudukan dan harta. Aqidah tergadaikan kala ditekan dan diasingkan.
Dalam kesempatan yang lain Rasulullah berpesan untuk memberikan solusi jika zaman itu telah benar-benar datang :
“Sungguh, nanti akan terjadi fitnah dimana orang yang tidur lebih baik daripada orang yang duduk, orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari.” Abu Bakrah bertanya, “Apa yang Anda perintahkan kepadaku jika aku menemui hal semacam itu?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang mempunyai unta hendaknya dia pergi dengan untanya, barangsiapa yang memiliki kambing hendaknya dia pergi dengan membawa kambingnya, dan barangsiapa yang mempunyai tanah hendaknya dia pergi dengan membawa hasil penjualan tanahnya. Namun bagi mereka yang tidak mempunyai apa-apa hendaknya dia menghantamkan pedangnya pada batu keras (agar rusak) kemudian menyelamatkan diri semampunya.” ( HR. Muslim ).
Ini merupakan zaman di mana Allah subhanahu wata’ala menguji orang-orang beriman. Siapa diantara mereka yang terseret arus besar fitnah akhir zaman, dan siapa di antara mereka yang mampu teguh dan sabar.
Pada saat yag seperti ini lakukanlah kebaikan yang bisa dilakukan agar bisa bermanfaat bagi dirinya dan bagi kemaslahatan yang lain.
Nabi shallallahu‘alaihwasallam bersabda:
Sesungguhnya setelah kalian akan datang hari-hari kesabaran, orang yang sabar pada hari itu bagaikan orang yang menggenggam bara, orang yang beramal tatkala itu memperoleh pahala lima puluh orang yang beramal seperti amalannya,” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lima puluh orang di antara mereka?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak, tapi lima puluh dari kalangan kalian.” (HR. Abu Dawud)
Rasulullah mengingatkan para sahabat tentang fitnah, beliau bersabda :
”Sesudahku nanti akan ada fitnah-fitnah seperti sebagian malam yang gelap gulita”. Ali berkata, “Saya bertanya, “Bagaimanakah jalan keluarnya ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu kitabullah (yakni kembali kepada kitab Allah) di dalamnya terdapat informasi tentang apa-apa sebelum kamu, berita mengenai apa-apa sesudahmu, terdapat hukum tentang apa yang terjadi di antaramu, ia menjelaskan yang benar dan yang salah, ia bukan permaianan.
Barang siapa yang meninggalkannya karena sombong (merasa perkasa) niscaya Allah akan membinasakannya, barangsiapa yang mencari petunjuk kepada selainnya maka Allah akan menyesatkannya. Dia adalah tali Allah yang kuat, cahayanya yang terang dan peringatan yang bijaksana. Dia adalah jalan yang lurus. Dia tidak bisa digelincirkan oleh hawanafsu, dan tidak pula dapat dicentang-perenang oleh pendapat manusia.
Para ahli ilmu tidak merasa kenyang daripadanya, orang-orang takwa tidak merasa jenuh kepadanya. Dia tidak akan hancur karena banyaknya penentang terhadapnya dan keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah habis. Dan bangsa jin apabila mendengarnya tidak henti-hentinya mengatakan, “Sesungguhnya kami mendengar bacaan yang menakjubkan”.
Barang siapa yang mengerti ilmunya maka dia akan maju, barang siapa yang berkata dengannya pasti benar, barang siapa yang memutuskan hukum dengannya pasti adil, barangsiapa yang mengamalkannya pasti diberi pahala dan barang siapa yang menyeru niscaya dia diberi petunjuk ke jalan yang lurus” ( HR. Thirmidzi )