Belajar Sabar

Oleh : Ust. Rik Suhadi


Dia tergolong orang yang kaya raya dari Romawi, memilki banyak istri dan anak,  sehat wal afiat , hidup tentram  serta memiliki berbagai macam jenis harta kekayaan , binatang ternak, hamba sahaya, hewan, tanah yang terbentang luas dari Tsaniyah sampai Hauran. Semua tanah itu adalah miliknya . Dia yang telah Allah karuniakan wahyu dan kemuliaan yang agung  berupa nubuwah kepadanya ( QS. An-Nisa : 163 ) . Dia adalah  Ayyub ‘Alaihissalam , yang  berasal dari keturunan Ibrahim ‘Alaihissalam .  ( QS. Al-An-‘am : 84 ). Kemudian Allah mendatangkan ujian kenaikan derajat dan kedudukan  kepadanya, dengan melucuti semua yang dimilikinya termasuk istri dan anaknya , tidak cukup itu, bahkan sekujur tubuhnya dipenuhi dengan penyakit yang sangat berbahaya  (Mujahid menyatakan bahwa , Ayyub adalah orang yang pertama kali terkena penyakit cacar),  kecuali lisan dan hatinya saja .  Dengan hati dan lisannya, Ayyub senantiasa ber-dzikir kepada Allah. Semua ujian berat ini dia hadapi dengan sabar, seraya berdzikir kepada Allah siang malam, pagi dan petang. 


Ayyub menanggung deritanya ini selama delapan belas tahun lamanya.  Selama itu semua teman dekatnya  merasa jijik kepadanya, Dia diusir dari kampung halamannya, dan di lockdown di tempat pembuangan diluar kampung.  Semua orang menjauh, tidak ada yang mau mendekat kepadanya dan tidak satupun orang merasa iba kepadanya, hanya istrinya satu-satunya yang masih menaruh perhatian terhadap Ayyub, ia selalu menjaga hak Ayyub. Istrinya ini selalu bolak balik ketempat pengasingan Ayyub, untuk merawat penyakitnya dan membantu memegangi tangan Ayyub disaat setiap kali  Ayyub maubuang hajat. 


Sekian lama tugas rutin merawat dilalui oleh istrinya ini tanpa kenal lelah, hingga akhirnya kesehatan istri Ayyub mulai menurun dan kian melemah, harta bendanya kian berkurang dengan cepatnya, hingga dia terpaksa bekerja kepada orang lain agar mendapat upah untuk diberikan kepada suaminya Ayyub sekedar pengganjal perut. Kondisinya sangat prihatin, dan dalam rentang waktu yang sangat panjang dirasakan itu,  terus saja dilaluinya dengan sabar oleh sang istri bersama Ayyub. Ujian hilangnya harta benda dan anak-anak, serta secara khusus menimpa kehidupan selaku suami istri. Tidak ada yang membantu, ditambah beban pengucilan dari semua orang, di tempatkan pada tempat yang terendah dalam pembuangan , padahal sebelumnya dia pernah hidup bahagia, penuh nikmat, selalu dilayani dan dihormati oleh orang lain. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un .


As-Suddi menyatakan, daging-daging Ayyub berjatuhan hingga tidak tersisa apapun,  selain tulang dan syaraf. Istrinya datang membawakan abu untuk dijadikan alas dibawahnya. Namun karena ujian tidak kunjung berlalu, istrinya keceplosan berkata, “ Ayyub, andaikan engkau berdo’a kepada Rabb-mu, andaikan engkau diberikan jalan keluar ( dari penyakitmu ini .red).  Ayyub berkata kepada Istrinya  , “ Aku hidup sehat selama 70 tahun, lantas apakah 70 tahun berikutnya untuk aku habiskan dalam kesabaran karena Allah, apakah terasa lama ? , Istrinya sedih mendengar jawaban Ayyub ini. Istrinya tetap bekerja sebagai pembantu untuk mendapatkan upah demi memberi makan Ayyub. ( Tafsir Ath-Thabari ).


Tidak berhenti disini ujian, setelah orang-orang tahu bahwa dia adalah istri Ayyub, orang-orang tidak lagi mau menggunakan jasanya karena mereka khawatir tertular oleh penyakit yang diderita oleh Ayyub. Maka imbas selanjutnya istri Ayyub mengalami  kesulitan  untuk mendapatkan upah karena tidak ada lagi yang mau menerimanya sebagai pembantu. Akhirnya ia menjual sebagian salah satu kunciran rambutnya  kepada putri seorang terhormat dengan imbalan makanan yang enak dan banyak. lantas ia bawakan makanan itu untuk Ayyub. 


Ayyub bertanya , “ dari mana engkau mendapatkan makan ini ?’. Ayyub mengingkari hal itu,  Istrinya menjawab, “ itu upahku sebagai pembantu”. Keesokan harinya ia tidak mendapatkan seseorang-pun  yang mau menggunakan jasanya, maka Ia terpaksa menjual kunciran rambut yang satunya untuk mendapatkan imbalan makanan, lalu makanan dibawakan untuk Ayyub. Ayyub mengingkari hal itu lalu bersumpah, ia tidak akan makan sebelum ia diberitahu dari mana asal makanan itu ? Istrinya pelahan membuka kerudungnya, saat Ayyub melihat kepala istrinya botak ( karena rambutnya dibikin kunciran lantas ditukar dengan makanan ), Ayyub terhenyak lantas ia berdo’a kepada Allah :

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ


“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” ( QS. Al-Anbiya’ : 83 ). 

Setiap kali Ayyub membuang hajat , tangannya selalu dipegangi oleh istrinya hingga hajatnya seselasai.

Suatu hari, Istrinya tidak kunjung datang, lalu Allah mewahyukan kepada Ayyub ditempatnya  :

ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ 

“Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” QS. Shad : 42 ).


Terkait ayat ini Ibnu katsir berkata, yaitu pukulkan kakimu ketanah, Ayyub melaksanakan apa yang diperitahkan Raab-nya, lalu Allah memancarkan mata air untuknya dan memerintahkannya untuk mandi dan minum air tersebut, Allah lantas melenyapkan seluruh penyakit dan gangguan yang ia alami  ( Bidayah wa Nihayah ).

Saat istrinya datang Ayyub, ternyata dia tidak menemukan Ayyub ditempatya. Istrinya menunggu lama . Ayyub kemudian datang dan istrinya melihat dirinya .  Ayyub-pun menghampirinya  dalam rupa yang yang lebih tampan dari sebelumnya. Ujian yang menimpa Ayyub telah berlalu. 


Setelah melihat Ayyub dalam kondisi seperti itu istrinya berkata : Hai, semoga Allah memberkatimu. Apa kau melihat Nabi Allah yang tertimpa ujian itu ? “Demi Allah yang maha kuasa untuk menimpakan ujian yang seperti itu, aku tidak melihat se-orang-pun yang mirip dengannya melebihimu, jika saja dia sehat”,( istrinya tidak mengenali Ayyub ) .   Ayyub menjawab, “ini Aku orangnya”.  


Ayyub memiliki dua tempat untuk menimbun hasil panen, salah satunya untuk menimbun gandum, dannsatunya lagi untuk menimbun jelai. Allah kemudian mengutus dua awan, ketika salah satunya berada diatas tempat menimbun gandum, awan tersebut menuangkan emas hingga meluap, sementara awan yang satunya lagi menuangkan perak di tempat penimbunan jelai hingga meluap . ( At-Ta’liqot- Al-Hasan ‘Ala Shahih Ibnu Hibban , Bab Maa Jaa’a Fi As-Shabri Wa ats-Tsawab , Al-Albani men-shahihkannya ).


وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berfikiran sehat” ( QS. Shad : 43 ).

Allah mengembalikan keluarga Ayyub yang masih hidup kepada Ayyub, Allah menyembuhkan segala penyakit yang menimpa, melapangkan kehidupan mereka hingga mereka memiliki banyak keturunan dengan jumlah yang sama seperti jumlah anak-anaknya yang meninggal dunia. Sehingga dia mendapatkan keturunan dua kali lipat. 


Dalam riwayat yang lain dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Ketika Nabi Ayub ‘Alaihissalam sedang mandi dalam keadaan telanjang tiba-tiba jatuh kaki belalang yang terbuat dari emas lalu Ayyub mengambil dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam pakaiannya. Kemudian Rabbnya memanggilnya: “Wahai Ayyub, bukankah aku telah mencukupkan kamu dengan apa yang baru saja kamu lihat?”. Ayub menjawab; “Benar, wahai Rabb. Namun aku tidak akan pernah merasa cukup dari barakah-Mu”.( HR. Bukhari ).


Al-hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah  memberikan penjelasan bahwa, hadits ini menunjukkan boleh meminta rizki halal yang banyak bagi orang yang yakin bisa mensyukurinya. Hadits ini juga menunjukkan harta dari jalan yang halal sebagai berkah. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan orang kaya yang bersyukur. 

Ibnu Jarir dan ulama sejarah yang lain menyebutkan bahwa Ayyub ‘Alaihissalam meninggal dalam usia 93 tahun.


Lantas apakah kesabaran turut mati seiring kematian Ayyub ? tentu tidak , bahkan Ayyub meninggalkan sebuah warisan besar dan keteladanan bagi siapa pun yang bersabar. Lihatlah cucu cucu Ayyub ‘Alaihissalam dari kalangan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam banyak diantara mereka yang sabar seperti dikatakan Ibnul Jauzi rahimahullah ; “ tetes air tawar itulah yang menghilangkan dahaga, bukan air samudra. Satu kalimat sudah berpengaruh bagi pemilik hati yang hidup. Sementara orang yang hatinya mati dan tergesa-gesa  yang tidak bersabar dan tidak melatih diri bersabar, deretan peristiwa-peristiwa yang mengugah hati tetap saja tidak berpengaruh kepadanya. Karena orang merdeka cukup dengan bahasa isyarat. Sementara budak ( hamba sahaya), tidak cukup dengan bahasa isyarat , tapi harus dipukul dengan tongkat. 

Pelajaran :


1. Kepastian adanya ujian dari Allah kepada setiap orang untuk menaikkan derajat disisi Allah sesuai kadar keimanannya. Para nabi memiliki bagian ujian tersendiri kerena kekuatan iman yang mereka miliki sebagaimana sabda Nabi : 

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ 

dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian yang sepertinya, sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat, ujiannya pun berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya, ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan dimuka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan.”  ( HR. Thirmidzi ).


2. Siapapun yang tengah  berada dalam kondisi penderitaan dan kesempitan serta kesulitan,  maka ingatlah pada Nabi Ayyub yang sangat sabar ini . 


3. Terkadang dalam perjalanan hidup seorang istri dihadapkan pada tuntutan kebutuhan hidup keluarganya seorang diri , mungkin karena kebetulan Allah memberikan ujian kepada suaminya yang menjadi tulang punggung keluarga  belum berpenghasilan cukup, mungkin  karena suaminya di PHK dari tempat kerja, atau karena suami sakit dalam waktu yang lama, atau karena sebab-sebab yang lain sehingga seorang istri harus bekerja sendirian tanpa kehadiran suami, maka ingatlah kesabaran dan kesetiaan Istri setia nabi Ayyub ini. 


4. Ayyub  ‘Alaihissalam , adalah teladan yang sangat t baik bagai hamba yang bersyukur dan bersabar, karena disaat diberi karunia besar ia bersyukur dan memohon diberi tambahan berkah dari Allah. Ketika diuji Ia bersabar. 


5. Akhir dari sebuah ujian,  Allah siapkan hadiah besar sesuai dengan kadar sabar dan syukur  yang dimiliki seseorang . sebagaimana yang Allah Anugrahkan kepada nabi Ayyub dan keluarganya.

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply