Bertutur Kata Yang Baik Dan Bersikap Lemah Lembut

Prof Maksum

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ

 

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159). 

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ

 

“Dan berendah hatilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (QS. Al Hijr: 88).

 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir r.a., Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

 

“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Rasulullah menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (HR. Muslim).

 

Jamaah rahimakumullah,

Dalil-dalil di atas merupakan perintah bagi umat Muslim untuk berlaku lemah lembut dan bertutur kata yang baik, karena hal ini merupakan cerminan akhlak luhur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau diutus dengan membawa akhlaq yang mulia.

 

Namun di era keterbukaan saat ini, pengaruh tangan melalui tulisan bisa juga berdampak luas sebagaimana lisan. Pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya, dalam menyebarkan berita-berita fitnah, ghibah, dan ungkapan kasar lainnya.

 

Tidak bisa dipungkiri bahwa di era digital ini dimana pola komunikasi di media sosial sedemikian bebasnya, sehingga perbedaan persepsi tentang hak, kewajiban, serta norma dalam menyampaikan pendapat, seringkali menjadi pemicu lahirnya konflik. Pola komunikasi dari anak-anak hingga orang dewasa, tidak jauh dari kalimat yang kurang baik. Kalimat-kalimat kasar, kotor, bahkan ujaran-ujaran kebencian ataupun pemberian gelar-gelar yang berkonotasi jelek serta ungkapan keji dan fitnah kerap kali muncul dengan mudahnya. 

 

Berbagai sebutan dan julukan merendahkan, tidak peduli ucapannya benar atau tidak, merupakan obrolan yang acap kali kita temui dan seolah merupakan hal yang biasa di zaman modern ini. Maraknya fenomena komunikasi dengan kata-kata kasar ini menjadikan kaburnya norma-norma sosial yang ada sehingga dapat menimbulkan berbagai permasalahan dalam masyarakat.

 

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa “Kata-kata lembut melunakkan hati yang lebih keras dari batu, kata-kata kasar mengeraskan hati yang lebih lembut dari sutra”. 

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa semakin kita berkata kasar kepada orang lain, bukannya berubah menjadi baik, akan tetapi yang terjadi malah semakin buruk.

 

Semakin maju zaman, manusia semakin menjauh dari akhlak yang mulia. Perangai jahiliyah dan kekasaran masih meliputi sebagian kaum muslimin. Padahal Islam mencontohkan agar umatnya berakhlak mulia, di antaranya adalah dengan bertutur kata yang baik dan bersikap lemah lembut. 

 

Jamaah rahimakumullah,

Lantas apa saja keutamaan dan fadhilah dari bertutur kata yang baik dan bersikap lemah lembut?

Pertama, mendapatkan ampunan Allah 

Dalam sebuah hadits dari dari Abu Syuraih, ia bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمِلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ

“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga.” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ الْكَلامِ

“Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik.” (HR. Thabrani).

Kedua, Tutur kata yang baik merupakan shodaqoh

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ

“Tutur kata yang baik adalah shodaqoh.” (HR. Ahmad).

Dalam riwayat lainnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, 

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

“Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Makna hadits di atas adalah bertutur kata yang baik merupakan perilaku yang luhur dan dianjurkan bagi umat Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa tutur kata yang baik merupakan shodaqoh. Shodaqoh dengan harta dapat menyenangkan orang lain. Sedangkan tutur kata yang baik juga akan menyenangkan hati orang lain. 

Ketiga, dapat menghilangkan permusuhan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ  ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (QS. Fushilat: 34).

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, 

وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”.  (QS. Fushilat: 35).

Makna ayat-ayat di atas adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Bahkan akan menjadikan orang yang semula bermusuhan dapat menjadi sahabat karena perilaku luhur kita terhadap mereka. Namun yang mampu melakukannya adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yang menyakiti kita dengan kebaikan adalah sesuatu yang berat bagi setiap orang.

Jamaah rahimakumullah,

Bertutur kata yang baik dan berlaku lemah lembut bukan berarti untuk merendahkan diri. Orang Islam dianjurkan untuk rendah hati atau tawaddhu” dan bukan untuk merendahkan diri dihadapan orang lain. Berlaku lemah lembut yang dianjurkan dalam tuntunan Islam adalah dengan tujuan membuat orang lain tertarik akan perilaku luhur kita dan tidak menjauh dari kita. 

Namun demikian, jika menyangkut masalah aqidah, maka kita harus istiqomah dalam menegakkan kebenaran. 

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Qalam Ayat 9,

وَدُّوا۟ لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

 

Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)”. (QS. Al Qalam: 9).

 

Menurut Ibnu Jarir Ath Thobari tafsir ayat diatas adalah, “Wahai Muhammad, orang-orang musyrik tersebut ingin kalian berlaku lembut pada mereka (dengan mengorbankan agama kalian) dengan memenuhi seruan untuk beribadah kepada sesembahan mereka”. 

 

Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah/Universitas Islam Madinah, disebutkan bahwa, mereka sangat berharap kamu akan menuruti permintaan mereka itu, dan berharap kamu bersikap lembut pada mereka dan menyepakati apa yang mereka minta. Dan dengan begitu, mereka bersiap untuk menurutimu sebagai imbalannya.

 

Oleh sebab itu, dalam bersikap lemah lembut kepada orang musyrik, umat Islam dilarang meninggalkan sedikitpun prinsip agamanya. Jangan sampai dalam rangka untuk menarik simpati orang lain, kita meninggalkan sebagian dari prinsip agama. 

 

Lemah lembut yang dituntunkan dalam Islam adalah dalam rangka membuat orang tertarik dengan akhlak kita yang baik. Sehingga dengan sikap ini dapat membuat orang lain menerima dakwah kita, namun tetap dengan mempertahankan prinsip-prinsip aqidah Islam. Sedangkan lemah lembut yang tercela adalah jika sampai mengorbankan sebagian prinsip aqidah dengan mengikuti bujuk rayu orang-orang musyrik. 

 

Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya bagi kita semua, serta membimbing kita untuk bertutur kata yang baik dan memiliki akhlak yang luhur. 

Aamiin Ya Rabbal Aalamin

*). Dirangkum dari beberapa sumber.

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply