Birrul Walidain Dan Bersedekah Atas Nama Orang Tua Yang Telah Meninggal

Prof. Maksum RadjiProf Maksum Radji

 

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.

الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُولِهِ الْـمُصْطَفَى وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى.أَمَّا بَعْدُ

 

Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua, merupakan perintah dalam tuntunan Islam. Bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua adalah dalam rangka melaksanakan kewajiban dan menaati perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

 

Dalam surat An-Nisa ayat 36, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisa: 36).

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ

 

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabb-mu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua..” (QS. Al-An’am: 151).

 

Sedangkan dalam Surat Al-Isra’ ayat 23 Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan tentang perintah untuk berbuat baik kepada kedua orangtua:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

 

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 23).

 

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling dicintai Allah setelah shalat.

 

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata,

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Mendirikan shalat pada waktunya.” Aku bertanya kembali, “Kemudian apa?” Jawab Beliau, “Berbakti kepada ke orang tua,” lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, “Kemudian?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.”  (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Jamaah Rahimakumullah,

Dalil-dalil di atas, merupakan tuntunan luhur bagi kita betapa pentingnya birrul walidain, berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan pada saat keduanya masih hidup, tetapi juga dilakukan ketika mereka sudah meninggal.

Salah satu cara berbakti ketika orang tua sudah meninggal adalah mendoakannya dan memohonkan ampunan untuknya kepada Allah.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Berdoalah, Ya Allah, berilah rahmat kepada mereka (kedua orang tua), sebagaimana mereka merawatku ketika kecil.” (QS. Al-Isra: 24).

 

Selain mendoakan meminta ampun untuk keduanya, memenuhi wasiat mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim dengan keluarga kedua orang tua kita, juga bersedekah atas nama kedua orang tua adalah bentuk berbakti yang sangat dianjurkan dalam Islam.

 

Dalam sebuah hadits, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 

إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ، إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ تَصَدَّقْ عَنْهَا

“Ibuku meninggal secara mendadak, sementara beliau belum berwasiat. Saya yakin, andaikan beliau sempat berbicara, beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapat aliran pahala, jika saya bersedekah atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

 

Dalam hadis yang lain, dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak ada di rumah. Sa’d berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا، أَيَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ

“Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” (HR. al-Bukhari).

 

Jamaah Rahimakumullah,

Mengerjakan amal saleh merupakan bagian dari bakti anak terhadap orang tuanya yang sudah wafat. Tidak ada yang bisa dilakukan seorang anak terhadap orang tuanya yang sudah meninggal selain berdoa untuk keduanya dan berbuat kebajikan atas nama mereka. 

 

Sedekah yang dikeluarkan seorang anak, atas nama salah satu atau untuk kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia, InsyaaAllah pahalanya akan sampai kepada kedua orang tuanya, tanpa mengurangi pahala si anak tersebut, sebab anak merupakan hasil amal baik dari kedua orang tuanya.

 

Dalam sebuah hadits Abu Hurairah ia berkata,

 أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَبِي مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا وَلَمْ يُوصِ فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ

Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, “Ayahku telah meninggal dunia dan meninggalkan harta, namun dia tidak meninggalkan wasiat, dapatkah harta itu menghapus dosa dosanya jika harta tersebut saya sedekahkan atas namanya?” Rosul menjawab ” Ya”. (HR Muslim).

 

Hadits di atas menunjukkan bahwa memberikan sedekah atas nama orang tua, menjadi penghapus dosa bagi kedua orang tua.

Sedekah merupakan pemberian secara ikhlas dengan niat hanya karena Allah semata, dapat berupa pemberian secara materi maupun non-materi. Sedekah jariah merupakan salah satu amalan yang sangat baik, karena pahala akan terus mengalir dan dilipatgandakan hingga yaumil qiyamah.

 

Adapun jenis amal jariyah yang pahalanya tetap lestari hingga yaumil qiyamah antara lain adalah, membangun Masjid. 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Ath-Thabrani, Ibnu Majah, dan Baihaqi. Rasulullah bersabda,

وَمَنْ بَنَى لِلهِ مَسْجِدًا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membuatkan rumah di surga untuknya.” (HR Muslim, Ath-Thabrani, Ibnu Majah, & Baihaqi).

 

Selain itu, infaq dan sedekah jariyah juga berupa membantu pengembangan ilmu, misalnya bersedekah untuk membiayai pembangunan pesantren, madrasah atau asrama, menerbitkan buku yang bermanfaat, merupakan amal jariyah yang pahalanya dilipatgandakan.

 

Dalam sebuah Hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Amal shaleh dan kebaikan seorang mukmin yang tetap lestari setelah kematiannya adalah; ilmu yang diamalkan dan disebarkan, anak shaleh yang di tinggalkan, buku yang diwariskan, masjid yang di bangun, rumah yang didirikan untuk ibnu sabil, saluran air yang dialirkan, atau sedekah yang ia keluarkan sewaktu masih sehat ketika masih hidup. Sedekah ini akan tetap lestari setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu Majah).

 

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua.

Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

*) Dsarikan dari berbagai sumber.

 

 

 

Penulis : Prof Maksum Radji

Editor  : Fajar Andrianto

 

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply