Pentingnya Belajar Adab Sebelum Belajar Ilmu

Prof. Maksum Radji

Prof Maksum Radji

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan didalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11).

 

Pada surat Al-Alaq ayat 1-5, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman bahwa dengan Ilmu manusia bisa mengetahui apa yang tidak diketahuinya.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ.  خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَم   عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 

 

“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-Alaq: 1-5).

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

 

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Ali Imran:18).

 

Ayat-ayat diatas menjelaskan tentang keutamaan dan perintah menuntut ilmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

 

Sedangkan dalam Surat Ali Imran ayat 18, disebutkan bahwa menuntut ilmu mengantarkan orang menjadi lebih adil dan bijaksana.

Dengan demikian, jelaslah bahwa ilmu merupakan penuntun bagi seorang Muslim dalam beribadah dan bermuamalah dengan benar. Oleh sebab itu menuntut ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam tuntunan Islam.

 

Keutamaan Menuntut Ilmu

Adapun keutamaan menuntut ilmu antara lain adalah,

 

Pertama, Orang berilmu akan diangkat derajatnya.

Dalam dalil-dalil Al-Quran diatas Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11). 

 

Makna ayat di atas, menurut Imam Syaukani adalah bahwasanya Allah mengangkat beberapa derajat orang-orang beriman dari orang-orang yang tidak beriman, dan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang berilmu (dan beriman) dari orang-orang yang hanya beriman.  Maka barang siapa yang memadukan antara iman dan ilmu maka Allah mengangkatnya beberapa derajat karena imannya lalu Allah mengangkat derajatnya karena ilmunya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah).

 

Kedua, Ilmu adalah warisan para Nabi.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Dan sesungguhnya para Nabi tidak pernah mewariskan uang emas dan tidak pula uang perak, akan tetapi mereka telah mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang siapa yang mengambil warisan tersebut maka sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Ahmad).

 

Ketiga, Orang berilmu akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menginginkan urusan dunia, maka wajiblah baginya berilmu. Dan barangsiapa yang ingin urusan akhirat (selamat di akhirat) maka wajiblah ia memiliki ilmu juga. Dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu tentangnya juga.” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Keempat, Orang berilmu dimudahkan jalannya ke Surga.

Menuntut ilmu merupakan amal shaleh. Karena itu, menuntut ilmu menjadi salah satu jalan bagi kita untuk menuju surga. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

 

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim).

Kelima, Orang berilmu mendapatkan pahala meski telah meninggal.

Orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain.

 

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim).

 

Adab lebih penting dari Ilmu

Lantas kenapa belajar tentang Adab lebih penting dan harus didahulukan? 

Para ulama berpendapat bahwa dalam menuntut ilmu, mempelajari adab lebih penting sebelum belajar tentang ilmu. Kebutuhan seorang penuntut ilmu akan adab sebelum memulai menuntut ilmu adalah sangat penting, oleh karenanya begitu banyak wasiat para ulama dalam masalah ini. Ketika seorang telah belajar tentang adab-adab, maka akan memberikan nilai positif ketika berinteraksi dengan guru dan teman sejawatnya dalam belajar.

 

Adab dalam menuntut ilmu.

Adapun adab-adab menuntut ilmu syar’i antara lain adalah, 

 

Sabar dan Ikhlas.

Menuntut ilmu merupakan ibadah yang mulia dalam agama Islam. Oleh sebab itu harus ditempuh dengan sungguh-sungguh dengan niat yang luhur dan ikhlas, serta dengan penuh kesabaran.

Menuntut ilmu merupakan upaya untuk mencari keridhaan Allah. Sehingga dalam menuntut ilmu  harus ikhlas, jauh dari riya’ dan keinginan agar merasa lebih tinggi di hadapan orang lain. Tujuan belajar ilmu harus benar-benar untuk mengangkat kebodohan dalam diri sendiri dan berniat dengan ikhlas agar kelak dapat mengajarkan ilmu yang diperolehnya pada orang lain. Mengamalkan ilmu adalah tanda bahwa ilmu tersebut bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.

 

Menghormati para guru.

Ilmu itu tidak bisa diambil dan difahami begitu saja dari buku, atau Kitab tertentu, namun memerlukan arahan dan pemahaman dari guru yang kompeten agar tidak terpeleset dalam kesalahan dan kekeliruan.

Para penuntut ilmu membutuhkan guru pembimbing, maka wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk menjaga adab di hadapan guru. Dengan menghormati dan memuliakan serta lemah lembut terhadap guru, maka InsyaaAllah seseorang akan mendapatkan ilmu yang barokah dan mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

 

Merasa selalu diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala

Para penuntut ilmu wajib menghiasi dirinya dengan perasaan selalu diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun ia berada. Selalu merasa takut (khouf) dan harap (roja’), serta selalu memenuhi hati dengan rasa cinta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Memperhatikan materi yang diajarkan dengan saksama.

Agar mendapatkan ilmu dengan mudah, seorang yang menuntut ilmu harus memperhatikan guru saat menjelaskan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ٱلَّذِينَ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقَوۡلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحۡسَنَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

 

“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (Surah Az-Zumar Ayat 18).

 

Berprasangka baik.

Dalam belajar ilmu syar’i, seorang muslim dianjurkan untuk selalu berprasangka baik atas ketetapan Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Boleh jadi hasil dan proses pembelajaran yang telah dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216).

 

Berdoa dan bertawakal.

Dalam mencari ilmu, seorang muslim sebaiknya selalu berdoa supaya terhindar dari rasa malas dan kesulitan dalam menuntut ilmu.

Jika menemui kesulitan, berdoa dan memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

 

“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali Kau buat mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.”

Setelah berusaha dengan sungguh-sungguh, dan berdoa seorang muslim sejatinya bertawakkal.  Tawakal artinya percaya sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang telah ditetapkan Allah atas segala usaha dalam mencari ilmu, bagi seorang muslim sudah sepatutnya menerima hal itu dengan ikhlas. Sebab, semua yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti mengandung hikmah di baliknya.

 

Bertanya dengan santun.

Seorang yang sedang menuntut ilmu, dianjurkan untuk bertanya seputar ilmu yang tidak dipahaminya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An Nahl ayat 43,

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

 

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43).

Namun seseorang yang bertanya perlu memperhatikan Adab dalam bertanya dengan baik. Dalam mengajukan pertanyaan harus ikhlas dan bukan bertanya untuk mendebat guru.

Dalam salah satu riwayat dari Ka’ab bin Malik, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

 

“Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk bisa mendebat ulama (untuk menampakkan keilmuannya) atau untuk mendebat orang-orang bodoh atau agar menarik perhatian yang lainnya (supaya orang banyak menerimanya), maka Allah akan memasukkannya dalam neraka.” (HR. Tirmidzi).

 

Demikian pula jangan bertanya hanya ingin cari simpati dan pujian orang lain. Jangan bertanya dengan niat  hanya ingin dipandang bahwa ilmunya itu banyak.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللَّهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ غَيْرَ اللَّهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Siapa yang belajar agama karena selain Allah – atau ia menginginkan dengan ilmu tersebut selain Allah, maka hendaklah ia menempati tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi).

 

Pahami ilmu dengan cermat.

Memahami ilmu secara cermat dan mutqin, dapat terwujud jika mempelajari ilmu didampingi oleh guru kompeten. Hafalkan ilmu dan ulangi secara periodik agar tidak mudah lupa. Telaah kitab-kitab guna memahami makna dan syarah-nya dengan baik. 

 

Hindari menyibukkan diri dari adanya silang pendapat di antara para ulama, pada awal mulai belajar, jangan membaca terlalu banyak sumber, tapi pilihlah kitab-kitab dasar yang sudah diarahkan oleh guru, untuk dikuasai dengan baik sampai mutqin.

 

Bersahabat dengan teman yang baik.

Adab lainnya bagi orang yang menuntut ilmu adalah pandai memilih teman yang berakhlaq baik, yang dapat membantu mewujudkan cita-cita guna mencapai hikmah dan fadhilah dalam belajar, serta menjadi  penyemangat ketika dalam kondisi futur selama proses belajar.

 

Demikianlah tentang pentingnya Adab dalam mencari ilmu.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya bagi kita semua.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.

 

Disariatkan dari beberapa sumber…

 

Penulis :Prof Maksum Radji
Editor : Fajar Andrianto

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply