Dua Model Hukuman Allah Bagi Yang Ingkar

 

Pena Babussalam, Beruntunnya musibah dan bencana  yang menimpa bangsa ini, masih juga belum ada tanda-tanda akan segera usai.  Malah justru akhir-akhir ini semakin bermunculan bencana-bencana  baru berupa bencana sosial dan bencana moral, yang ditandai dengan maraknya kasus korupsi, penistaan agama,  dan berbagai macam bentuk tragedi kemanusiaan.

Ini semua terjadi, akibat manusia suka melanggar aturan dan tata nilai kebaikan, serta tidak mau taat dan bersyukur kepada Allah SWT.Bencana-bencana  ini terjadi, akibat perilaku manusia yang sudah di ambang batas. Banyak yang  melanggar aturan-aturan Allah,  bersikap angkuh dan sombong dan tidak mau bersyukur kepada Allah SWT. Mereka telah menukar kenikmatan yang Allah berikan dengan kekufuran .

Perilaku yang di ambang batas semacam ini,  cepat atau lambat, akan mengundang bencana dan hukuman dari Allah SWT.

Dalam QS.Ibrahim : 28-29

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ.

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, yaitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman” ( QS. Ibrahim : 28-29 )

Dalam tafsir at-Thobari dijelaskan bahwa ayat ini, berkaitan dengan dua golongan kafir Qurays dalam peristiwa badar, yakni  bani umayyah dan bani al-MughirohBani umayyah Allah lenyapkan pada peristiwa badar, sedangkan bani- Almughirah Allah biarkan bersenang-senang sampai batas waktu yang ditentukan.   Mereka ini telah menukar kenikmatan atas terutusnya Muhammad saw, dengan mengkhianati dan memeranginya.

Dalam tafsir humud  diterangkan: Penduduk mekah  dimasa jahiliyah, mereka ingkar ,kufur   kepada   segala nikmat  yang Allah limpahkan kepada mereka.  Diantara kenikmatan itu misalnya Allah tempatkan mereka di negeri  haram yang aman, negeri  yang aneka macam buah selalu ada dan berlimpah. Allah mulyakan mereka dengan diutusnya  Nabi yang mulia dari kalangan mereka sendiri.

Namun nabi yg mulia yang Allah angkat dari bangsa mereka sendiri itu , justru mereka ingkari sendiri . bahkan Mereka juga banyak melakukan kesyirikan-kesyirikan , serta mengajak orang lain  untuk menentang nabi Muhammad. Sehingga  Allah timpakan kepada mereka kekeringan yang sangat tandus, kemarau yang sangat panjang, selama 7 tahun dan mereka banyak yang binasa pada masa kekeringan tersebut.

Kalau kita tilik tafsir ini , maka ada dua model hukuman atau sangsi yang Allah akan datangkan  kepada orang yang tidak mau bersyukur dan ingkar terhadap nikmat –nikmat yang Allah berikan.

1. Allah langsung binasakan.

Allah langsung berikan hukumannya di dunia, sebagaimana yang terjadi pada kaum nabi-nabi terdahulu. Seperti kaum Nabi Nuh, Allah datangkan banjir yang besar, yang menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh Kaum Nabi Saleh, Nabi Saleh diutus Allah kepada kaum Tsamud, dengan mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu.

Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka Kaum Nabi Luth, umat Nabi Luth terkenal dengan penyimpangan seksual ,  homoseksual dan lesbian. Kendati  sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. akhirnya Allah memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka, menimbun mereka sendiri (QS Alsyu’araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12),

Kaum Nabi Syuaib, yang diutus kepada kaum Madyan. Dihancurkan oleh Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung di tempat yang teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panasnya .  Akhirnya, mereka-pun binasa

2. Bentuk Hukuman yang kedua  berupa Istidraj atau Pembiaran

Allah biarkan mereka melakukan sekehendaknya, membiarkan mereka tetap bersenang-senang, dalam tempo yang sangat singkat, lantas mereka  Allah masukkan kedalam siksa yang sangat berat. Istidraj inilah yang paling menakutkan karena pelakunya sedang menikmati dunianya dan dia tidak merasa, tidak  sadar, kalau dirinya tengah dihukum oleh Allah di dunia.

padahal sebelumnya Allah sudah berikan warning, peringatan-peringatan yang berulang, namun mereka tetap saja bandel dan tidak mau menggubris sinyal serta tanda-tanda yang Allah berikan kepadanya.  istidraj  adalah ‘hukuman pembiaran’  yang diberikan oleh Allah kepada seseorang atau kaum,  sedikit demi sedikit, berangsur-angsur  dan tidak diberikan secara langsung.  Allah biarkan orang ini dan tidak disegerakan adzabnya.

Sebagaimana firman Allah:

سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ

“Nanti Kami akan menghukum mereka dengan cara  berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44)

Istidraj berdasarkan sabda Nabi  adalah sabda beliau :

إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ تَعَالى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ

Apabila engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” (HR. Ahmad, Thabrani)

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

“maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (  QS. Al-An’am : 44 )

Istidraj tidak serta merta Allah timpakan kepada se-seorang begitu saja,  melainkan sebelumnya telah ada peringatan dan teguran –teguran dari Allah.

Peringatan-peringatan Allah itu ada kalanya berupa ujian kemelaratan, kemiskinan  dan kesedihan, karena  secara naluriah bila manusia itu diuji dengan berbagai macam bentuk kesempitan, penderitaan  dan kemiskinan  manusia akan lebih cepat mengingat  Allah.

Tetapi kalau teguran- teguran, dan sapaan –sapaan halus dari Allah juga belum bisa membuatnya kembali kepada Allah, belum juga sadar dan  segera bertaubat kepada Allah, atau bahkan mereka sengaja berpaling  dan melupakannya.  Lantas Allah pun membukakan semua pintu kesenangan duniawi untuk mereka dan mereka pun lalu bersikap sombong, congkak dan merasa tidak butuh pihak lain, termasuk kepada Allah.

Sehingga tatkala mereka bergembira dan merasa sangat senang , dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, maka datang siksa kepada mereka secara mendadak,  sehingga tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk bertobat, maka seketika itu mereka terdiam tidak berkutik,  kehilangan semua daya  karena diliputi penyesalan dan ke-putus-asa-an.

Itu semua bukan karena Allah berbuat aniaya kepada mereka, tetapi mereka sendiri yang berbuat aniaya kepada mereka sendiri.

Musibah-musibah yang terjadi ini disebabkan oleh perbuatan tangan manusia sendiri. Manusia sendiri yang mengundang bencana untuk dirinya. Bukan Allah yang kejam dan dholim kepada manusia, tetapi manusia sendiri yang telah berbuat aniaya kepada dirinya sendiri, sebagaimana Firman Allah

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

30. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).  : QS. Asy-Syuura:30

Kerusakan –kerusakan yang terjadi di bumi, di udara, di lautan dan di semua tempat juga akibat ulah tangan manusia. Manusia sendirilah yang mengundang datangnya hukuman dan bencana atas dirinya sendiri. Allah berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).  ( QS. Ar-Ruum :41)

Oleh karenanya Apapun bentuk kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, wajib kita syukuri.

Kalau kita bersyukur atas nikmat Allah kepada kita maka Allah akan tambahkan kenikmatan kenikmatan yang lain kepada kita.

Sebaliknya kalau kita kufur atas nikmat Allah maka siksaan Allah teramat dahsyat, sebagaimana Firman Allah :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7).

Penulis    : Drs. Riksuhadi S.Th. I.

Editor      : Fajar Andrianto

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply