kiyai Riksuhadi : Ternyata kaya Itu diperintah
Pena Babussalam, Dalam suatu kesempatan ada seseorang bertanya kepada Ustadz Riksuhadi melalui WhatsApp, Berikut adalah pertanyaanya.
Ustadz apakah dibenarkan kalau ingin kaya dengan mengamalkan hal sebagai berikut ?
“Berpuasa 7 hari mulai hari jumat sampai hari kamis, selama 7 hari 7 malam, setiap selesai shalat fardhu membaca surat al-Waqi’ah sebanyak 25 kali, dimulai sesudah shalat subuh hari jumat mulai berpuasa, dan diakhiri shalat isya’ malam jumat yang belakang, sesudah membaca 25 yang terakhir lalu ditambah membaca 125 kali, dan shalat 1000 kali. Jika sudah dilakukan, lalu dengan istiqomah setiap selesai shalat subuh 1 kali dan selesai shalat maghrib 1 kali.
Saya mencoba memulai jawaban dengan sebuah pertanyaan; “Yang dimaksud kaya dan yang diinginkan dirimu itu seperti apa, mungkin anda mempunyai contoh orang-orang kaya yang kamu inginkan ?”.
Para sahabat nabi banyak sekali yang kaya diantaranya, Abdurahman bin ‘Auf, umar bin khotob , Abu Bakar , Az-Zubayr ibn al ‘Awwam, Thalhah ibn ‘Ubaydillah, Sa’d ibn Abi Waqqash dan masih banyak orang-orang kaya lainnya. Kekayaan mereka kalau dinilai sekarang mencapai ratusan miliar atau bahkan triliunan rupiah. Seperti Abdurahman bin Auf misalnya menurut berbagai sumber kekayaan beliau mencapai 6 trilyun lebih. Mereka adalah orang orang yang rajin dan gemar bekerja keras, mereka para sahabat ini menjadi saudagar saudagar dan pebisnis, dan merek adalah orang orang yang taat kepada Allah dan Rasulullah. yang lebih menariknya lagi adalah para sahabat yang kaya ini, mereka adalah para pebisnis, juragan, Tajir dan para dermawan yang ulung.
Bahkan mereka adalah sebagian dari para sahabat yang mendapatkan berita gembira tentang perolehan surga. Mereka adalah manusia-manusia yang luar biasa yang tetap zuhud, siangnya mereka bekerja keras banting tulang mengerahkan segenap tenaga dan pikiran, namun di malam hari mereka adalah orang orang yang khusyuk , bangun ruku’ dan sujud bertaqorrub ilallah . Karena umumnya kekayaan sering menjauhkan diri seseorang dari Allah SWT dan membuat pemiliknya terlena. Bahkan para sahabat yang kaya raya ini pula turun ke kancah- kancah pertempuran bersama Rasulullah
Sampai saat ini saya belum menemukan keterangan bahwa para sahabat tersebut diajarkan oleh Rasulullah untuk mengamalkan cara kaya sebagaimana yang anda sampaikan dalam pertanyaan. Menjadi kaya tidaklah dilarang dalam Islam asalkan ditempuh dengan cara-cara yang di ridhoi oleh Allah dan rasul-Nya. Bahkan Allah memberikan peringatan agar jangan sampai mewariskan kemiskinan kepada anak anak keturunan sehingga mereka menjadi lemah ekonomi, lemah fisik, lemah akhlaknya , lemah ilmu dan sebagainya .
Firman Allah dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 9 :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya : “Dan hendaklah kamu merasa cemas bila meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan lemah serta khawatir atas kesejahteraan mereka, dan bertakwalah kepada Allah, katakanlah perkataan yang mulia”. (Q.S An-Nisa’ : 9).
Bahkan Rasulullah sangat menganjurkan untuk menjadi kaya agar dicintai oleh Allah , sebagaimana sabda beliau :
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, yang kaya dan tersembunyi (tidak dilihat oleh banyak orang).” (HR Muslim)
المؤمنُ القويُّ خيرٌ وأحبُّ إلى اللهِ مِنَ المؤمنِ الضَّعيفِ وفي كلٍّ خيرٌ
Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dibandingkan mukmin yang lemah. Pada keduanya terdapat kebaikan.( HR.Muslim )
Rasulullah mengajarkan agar setiap pagi dan sore kita senantiasa berdoa :
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tiada Tuhan kecuali Engkau.”
Muslim yang kaya Dapat menjaga akidah
Betapa banyak saudara saudara kita yang semula Islam kemudian pindah agama hanya lantaran hidup serba kekurangan kemudian datang kepadanya seseorang yang mendakwahkan agamanya, dengan mengiming-imingi sembako dan bantuan kebutuhan hidupnya dengan syarat mau masuk kedalaman agama mereka.
Muslim yang kaya menjadi khusyuk dalam beribadah.
Orang kaya yang beriman ibadahnya menjadi khusyuk, karena tidak lagi bingung dalam menyiapkan kebutuhan sehari harinya. Bagi yang sudah berkeluarga pastilah kebutuhan hidupnya akan lebih banyak seperti kebutuhan konsumsi anak, cicilan rumah dan kendaraan, biaya sekolah dan keperluan sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut bisa terpenuhi maka beribadah maupun berdakwah bisa lebih khusyuk dan fokus.
Muslim yang kaya Dapat merealisasikan rukun rukun Islam.
Orang kaya dengan kekayaannya bisa menunaikan zakatnya, berinfaq dan bersedekah dan dengan hartanya yang banyak bisa membantu membangun dan mengembangkan proyek proyek jariyah seperti masjid, sekolah-sekolah, pondok, dan berbagai fasilitas fii sabilillah sehingga mereka bisa lebih banyak berinvestasi untuk kehidupan akhirat mereka. Disamping itu mereka bisa melaksanakan kewajiban berhaji ke baitullah.
Muslim yang kaya Memberantas kebodohan
Muslim yang kaya dengan kekayaannya bisa dimanfaatkan untuk biaya menuntut ilmu agar bisa meningkatkan pengetahuannya. Sedang menuntut ilmu adalah sebuah keharusan sebagaimana terdapat di dalam Al-Quran surat Al-Alaq:1:5
“Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Kaya tidak selalu dalam wujud materi
Rasulullah juga mengajarkan agar kita bisa bersifat Qona’ah dengan apa yang telah ditakar oleh Allah SWT untuk bagian kita. Sehingga kita tetap tenang hati saat mendapatkan jatah rezeki yang telah Allah tetapkan karena kata Rasulullah kekayaan tidak diukur dan ditimbang dari banyaknya harta belaka. Rasulullah bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim; dari Abu Hurairah)
,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan ia telah memiliki dunia se isinya.” (HR. Tirmidzi; dinilai hasan oleh Al-Albani)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatkan,
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَنْ يَمُوْتَ حَتَّى يَسْتَكْمِلَ رِزْقَهُ، فَلاَ تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ، وَاتَّقُوا اللهَ أَيُّهَا النَّاس، وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ، خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حَرُمَ
“Sesungguhnya, seseorang di antara kalian tidak akan mati kecuali setelah dia mendapatkan seluruh rezeki (yang Allah takdirkan untuknya) secara sempurna. Maka, janganlah kalian bersikap tidak sabaran dalam menanti rezeki. Bertakwalah kepada Allah, wahai manusia! Carilah rezeki secara proporsional, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Al-Hakim; dari Jabir; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Penulis : Drs. Riksuhadi, S.Th. I.
Editor : Fajar Andrianto