Ustadz Riksuhadi
Pena babussalam, Ada anggapan sebagian orang menyatakan bahwa : “saya belum melakukan kebaikan (sholat, Puasa, haji dan berbagai kebajikan yang lain), karena saya belum dapat hidayah atau petunjuk dari Allah, bukankah Allah sendiri yang telah menyatakan dalam QS. Faathir ayat : 8 yang artinya “Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.
Hidayah adalah petunjuk atau suatu pertanda yang dapat menghantarkan seseorang kepada hal yang dituju. Lawannya adalah dholalah yang berarti kesesatan atau menyimpang dari petunjuk jalan yang lurus atau jalan yang benar.
Dalam Tafsir al-Manar (Surat Al-Fatihah) dinyatakan : tentang 4 (empat ) macam petunjuk (hidayah) yang telah Allah berikan kepada manusia .
- ( هداية الوجدان الطبيع ولإلهام الفطر ) Hidayah ilham naluri atau insting seperti yang Allah berikan juga kepada binatang , bahkan insting binatang terkadang jauh melebihi manusia dalam hal kepekaan-nya dalam menangkap sesuatu .
- ( هداية الخواش) Hidayah panca indra(organ tubuh manusia seperti telinga, mata, kulit, hidung, dan bibir) yang dapat merespon atau menghubungkan ke otak. hidayah ini Allah berikan kepada manusia, baik yang beriman ataupun yang ingkar kepada Allah
- ( هداية العقل ) (Akal) untuk mengetahui baik buruk. Juga Allah diberikan kepada siapa saja baik yang iman ataupun kafir.
- ( هداية الدين ) (hidayah agama) Petunjuk yang datangnya dari Allah dan RasulNya. Hidayah ini dibawa dan diserukan oleh para nabi dan para Rasul Allah kepada setiap umatnya dan diantara mereka ada sebagian yang menerima seruan ini kemudian beriman, namun ada pula yang menolaknya atau ingkar.
Diutusnya Rasul Allah dan diturunkannya kitab (al-Qur’an) ini adalah hidayah, yang untuk mendapatkan hidayah atau petunjuk ini harus ada upaya kuat dari manusia untuk mengimani Rasul dan kitab yang dibawanya, yang didalamnya terdapat petunjuk-petunjuk jalan hidup bagi manusia agar mereka tidak tersesat dalam meraih kebahagiaan dunia akhirat.
Disamping empat hidayah tersebut diatas ada lagi hidayah Khusus yang disebut dengan (هداية المعونة والتوفيق) hidayah pertolongan dan taufiq Allah, yang membimbing kita sehingga kita senantiasa bersemangat untuk beramal sesuai yg diridhoi oleh Allah SWT.
Hidayah semacam ini hanya dimiliki Allah dan tidak ada seorangpun yang dapat memberikan hidayah ini kepada orang lain, bahkan Rasulullah Muhammad pun tidak berhak.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Bukhari. Ketika Rasulullah mengunjungi pamannya Abu Thalib disaat pamannya itu penat menghadapi sakaratul maut. Disitu sudah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayah Rasulullah berkata kepada pamannya :
يا عمِّ! قلْ: لا إلهَ إلا الله؟ كلِمةً أَشهدُ لك بها عندَ الله. فقالَ أبو جهلٍ وعبدُ الله بنُ أَبي أُميّةَ: يا أَبا طالبٍ أترغَبُ عن مِلَّةِ عبدِ المطَّلبِ؟
“Wahai paman ucapkan لا إلهَ إلا الله dengan kalimat itu aku akan bersaksi dihadapan Allah”, lantas Abu jahal dan Abdullah bin abu umayah menimpali, “wahai Abu Thalib apakah engkau membenci agama nenek moyangmu Abdul Muthalib” ?
Namun Rasulullah terus mengajarkan kalimat tauhid ini berulang-ulang kepada pamannya namun pamannya terpengaruh dan tetap pada agama Abdul mutholib dan enggan mengucapkan kalimat “laa ilaaha illallah” lantas nabi berseru dan bersumpah,
:”أمَا والله لأَستغفِرَنَّ لكَ ما لمْ أُنْهَ عنكَ”، فأَنزَلَ الله تعالى فيه
{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ} وأَنزل الله في أبي طالب،
: فقال لرسول الله – صلى الله عليه وسلم
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
“Pamanku demi Allah, saya akan memohonkan ampun engkau kepada Allah“, lantas Allah menurunkan ayat : “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam”.(QS. At-Taubah : 113 ).
Juga pada ayat :
إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”(QS. Al-Qasas : 56)
Dalam Qs.Al Baqarah : 272 Allah berfirman :
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu Muhammad menjadikan mereka mendapat petunjuk , akan tetapi Allahlah yang memberikan petunjuk ( taufiq ) kepada siapa yang dikehendakiNya.
Hidayah yang khusus inilah yang senantiasa kita upayakan untuk mendapatkannya sembari terus menerus berdo’a kepada Allah agar Allah senantiasa memberikan pertolongan dan taufiqnya kepada kita, tentunya setelah kita berupaya maksimal memfungsikan 4 hidayah mendasar yang Allah berikan kepada kita, berupa insting, khawas, akal, dan Agama (Al Qur’an dan Sunnah-sunnah Rasulullah saw), sebagai bekal untuk meraih maunah dan taufiqNya Allah SWT.
Sebagaimana kita telah lakukan bersama setiap kali melaksanakan shalat 17 x berdo’a kepada Allah dengan permohonan
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ,صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين
Mohon diberikan bimbingan oleh Allah agar senantiasa dapat menempuh jalan yang lurus menuju Ridho Allah SWT. Serta dijauhkan dari jalan-jalan yang sesat dan murka Allah Subhanahu wata’ala.
Ada beberapa golongan orang yang tidak diberikan atau mendapatkan petunjuk ini (ma’unah dan Taufiq) oleh Allah, mereka adalah :
- Orang-orang yang Dholim berlaku aniaya kepada dirinya sendiri, tidak mau mengikuti petunjuk al-Qur’an dan tuntunan Rasulullah, tidak berupaya mempelajari agama dengan baik dan benar
. إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
- Orang-orang kafir inkar Allah & Rasul
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
- Orang-orang Fasik suka melanggar aturan Allah dan Rasulnya
وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
- Orang-orang munafik, tidak mendapat petunjuk dari Allah krn mrk suka membuat kerusakan dan sukan menukar petunjuk dengan kesesatan
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Mereka itulah orang-orang yang telah membeli kesesatan dengan petunjuk ,maka tidak akan pernah beruntung perniagaan mereka dan mereka tidak akan mendapatkan petunjuk ( QS. Al-Baqarah : 16 )
Oleh karenanya, kalau kita menginginkan taufiq dan maunah dari Allah Subhanahu wata’ala, janganlah kita suka berlaku dholim, jauhilah perilaku kafir, janganlah kita menjadi orang yang munafik dan janganlah kita berbuat fasik.
Ketika Adam Hawa dan Iblis diperintah Turun Oleh Allah dari surga Allah mengingatkan :
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” ( QS. Al baqarah : 38 )
Oleh karenanya petunjuk hidayah bukannya ditunggu kedatangannya, tetapi kita hendaknya senantiasa berupaya memaksimalkan hidayah pemberian Allah itu untuk merah Hidayah Maunah dan Taufiq dari Allah SWT, seraya terus berdoa kepada Allah serta senantiasa menjaga dengan baik ketaatan kita itu kepada Allah dan RasulNya.
Penulis : Ustadz Riksuhadi
Editor : Fajar Andrianto
Donasi Ke Yayasan Babusalam Socah