Penyakit-penyakit Berbahaya yang Akan Dipertanyakan Allah (Bagian 5)

Oleh : Ust. Rik Suhadi, S.ThI
(PimpinanYayasan Babussalam Socah)

SUM’AH

Sebagaimana penyakit riya’ , sum’ah ini juga tergolong penyakit yang bisa menjadikan amal – amal yang dilakukan akan  lenyap tanpa bekas dan manfaat.  Dan sum’ah ini juga termasuk pada dosa syirik kecil. Secara definisi antara riya’ dan sum’ah ini maksud yang dikandung hampir sama.
Riya’ menuntut orang lain untuk bisa melihat amal-amal sahalih yang dilakukannya, sehingga apa yang dilkukannya diniatkan agar orang lain melihat  dan memuji nkebaikan-kebaikan yag dilakukannya. Sebagai misal, ada seseorang yang sholatnya diperbagus dan diperpanjang bila dilihat oleh orang lain,  agar orang lain menilai  khusyuk shalat yang dilakukannya . Namun disaat tidak ada orang lain yang sedang memperhatikannya , maka sholatnya asal-asalan.
Sedangkan sum’ah menuntut orang lain bisa mendengar amal-amal yang dia lakukannya , sehingga orang yang sum’ah ini berupaya memperdengarkan kebaikan atau kebagusan amalnya agar mendapatkan tempat dihati manusia. Seperti , membaca Al-Qur’an dengan niat dperdengarkan kebagusan suaranya untuk manusia, ceramah-ceramah yang disampaikan yang memukau pendengar dengan niat untuk selain Allah.
Kedua-duanya antara riya’ dan sum’ah secara lahiriyah amalan yang dilakukan adalah karena Allah,  namun dalam batinnya sesungguhnya  dia mengingikan datangnya pujiadan sanjungan  dari manusia.

Dalam kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani ada mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia.

Sehingga, menurut beliau, semua riya itu termasuk perbuatan tercela. Sedangkan sum’ah, bisa jadi termasuk amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia.

Diera super canggih seperti sekarang ini dimana fasilitas fasilatas untuk berinteraksi social semakin mutakhir maka penyakit sum’ah dan riya’ ini semakin meluas jangakauannya. Penyakit penyakit ini membonceng apasaja yang bisa dikendarai dengan cepat,  terutama dia bisa terbang cepat melauli medsos, seperti,  Watsap, twiter, IG, Facebook, dansebagainya, orang bisa berbuat riya’ dan sum’ah dengan sangat leluasa melauli media media ini,   sehingga sangat berbahaya karena bisa memberikan daftar panjang dalam melakukan dosa dan kemaksiatan yang terus mengalir..( dosa Jariyah ).

Sum’ah melenyapkan Pahala

Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…”  ( QS. Albaqoroh : 264 ).

Rasulullah Saw juga memperingatkan dalam haditsnya,

وَمَنْ قَامَ بِرَجُلٍ مَقَامَ سُمْعَةٍ، فَإِنَّ اللَّهَ يَقُومُ بِهِ مَقَامَ سُمْعَةٍ وَرِيَاءٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

 “Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.”  (HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah, diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya, artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya.

Amal Kebikan yang dilakukan Sia-sia
Setiap amal sholih yang dilakukan yang didalamnya terdapat sum’ah dan riya’ akan menjadi sia-sia, tiadak bermanfaat  kelak di mahkamah Allah Subhanahu Wata’ala. Orang yang berperang dijalan Allah dan hanya berharap wajah Allah dan pahala dari-Nya saja maka setiap gerak aktifitasnya menuai pahala. Sebaliknya orang yang berperang dengan tujuan agar dilihat  sebagai pemberani dan supaya kesohor terdengar ditelinga manusia   maka kelak dia kembali dengan tanpa membawa manfaat . Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
Dari Mu’adz bin Jabal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Perang ada dua, adapun orang yang mengharapkan wajah Allah dan mentaati pemimpin serta menafkahkan hartanya yang berharga serta menjauhi kerusakan maka tidur dan terjaganya seluruhnya adalah pahala, adapun orang yang berperang agar dilihat dan didengar orang serta mendurhakai pemimpin dan membuat kerusakan di muka bumi maka sesungguhnya ia tidak kembali membawa manfaat.”  ( HR. Nasai )

Mendatangkan Siksaan

Rukuk dan sujudnya oarang-orang yang riya’ ketika di dunia menjadikannya kelak pada harikiamat disaat akan sujud kepada Allah punggungnya bisa dirunduk-kan  . Sebagaimana Sabda Rasulullah :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَكْشِفُ رَبُّنَا عَنْ سَاقِهِ فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ فَيَبْقَى كُلُّ مَنْ كَانَ يَسْجُدُ فِي الدُّنْيَا رِيَاءً وَسُمْعَةً فَيَذْهَبُ لِيَسْجُدَ فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا
Dari Abu Sa’id radliallahu ‘anhu ia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Rabb kita menampakkan betisnya, maka sujudlah setiap orang mukmin dan mukminah, sehingga yang tersisa hanyalah orang-orang yang ketika di dunia ia sujud karena riya` dan sum’ah. Mereka mencoba untuk sujud, namun punggung mereka kembali tegak.”  ( HR. Bukhari ).

Penceramah masuk neraka

Seorang penceramah, khotib, juru penyampai, yang sangat fasih mengunakan kalimat -kalimat memukau di hadapan jam’ahnya kalau tidak hati-hati dan meluruskan niatnya , akan terjebak kepada penyakit sum’ah ini. Inilah penyakit yang sering nempel secara samar dihati para juru penyampai .
Rasulullah bersabda :

مَنْ قَامَ يَخْطُبُ لَا يَلْتَمِسُ بِهَا إِلَّا رِيَاءً وَسُمْعَةً أَوْقَفَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَوْقِفَ رِيَاءٍ وَسُمْعَةٍ

Barangsiapa yang berbicara dengan tujuan untuk riya dan sum’ah (diperdengarkan kepada orang lain-pent) niscaya Allah Azzawajalla akan menempatkan dia di tempat orang-orang yang riya dan sum’ah (neraka, pent). ( HR. Ahmad ).

Rugi dalam Timbangan

Sum’ah dan riya’ bisa terdapat pada Kuda atau kendaraan yang dimiliki seseorang,  jika kepemilikannya diniatkan fiisabilillah, dan di infakkan di jalan Allah, semata-mata hanya mencari ridha Allah maka keberadaan-nya ada pada jaminan Allah dan terhitung sebagai pahala dalam timbangan Allah. Sebaliknya siapa yang menambatkan kuda atau kendaraannya karena riya’ dan sum’ah maka akan merugi dalam timbangan akhiratnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 “Barangsiapa menambatkan tali kekang kuda di jalan Allah, dan menginfakkannya semata-mata mencari ridla-Nya, maka kenyangnya, rasa laparnya, anginnya, rasa dahaganya, kencingnya, dan kotorannya berada dalam timbangan-Nya pada hari Kiamat. Dan barangsiapa menambatkan kudanya karena riya’ dan sum’ah (ingin didengar orang lain) maka hal itu akan menjadikan ia rugi dalam timbangan-Nya pada hari Kiamat.”  ( HR. Ahmad ).

Dipermalukan oleh Allah

Membaca al-Qur’an, dzikir atau  bacaan bacaan yang digunakan untuk ibadah dengan tujuan  agar didengar orang lain sehingga mendatangkan sanjungan dan pujuian dari manusia , maka akan dipermalukan oleh Allah . Allah beri dia ganjaran dengan membuatnya tersohor dan membeberkan aibnya serta menampakkan apa yang ada dalam bathinnya.  sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu “alaihi Wasallam :
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ
Barang siapa menampakkan amalannya agar didengar orang lain, niscaya Allah beberkan aibnya pada hari kiamat, dan siapa yang menampakkan amalannya agar dilihat ( lalu dipuji ) orang, niscaya Allah akan mempermalukannya pada hari kiamat” ( HR. Bukhari ).

Menurut Syeh Al-Utsaimin, tidak ada batasan apakah di dunia atau diakherat saja, karena itu bisa jadi Allah akan membeberkannya di dunia, sehingga orang banyak mengetahui aibnya. Bisa pula juga nanti di akhirat dan inilah yang lebih berat.

مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُومُ فِي الدُّنْيَا مَقَامَ سُمْعَةٍ وَرِيَاءٍ إِلَّا سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tidak ada seorang hamba yang berdiri di dunia diatas pijakan sum’ah dan riya’ kecuali Allah akan mempermalukannya dengan memperlihatkan niat busuknya pada hari kiamat dihadapan makhluk-makhluk-Nya. ( HR. Thobroni ) Hadits hasan.

Memposisikan diri pada posisi orang lain
Barang siapa menempatkan diri pada posisi orang lain dengan rasa sum’ah dan riya’ , misalnya ada seseorang yang memiliki sifat-sifat yang terpuji, karena ketaqwaannya, kemulyaannya, kemasyhurannya, atau karena pengaruhnya yang luas, lantas dimanfaatkan sebagai wasilah untuk mendapatkan pujian dan pengaruh keduniaan dengan menyebut-nyebut atau meng-atas-namakan kedudukannya maka akan Allah tempatkan dia pada posisi  orang-orang  yang sum’ah dan riya’. Sebagaimana Sabda Rasulullah :
من قام برجل مسلم مقام سمعه  فإن  الله يقوم به مقام سمعة يوم القيامة
Barang siapa memposisikan diri pada posisi orang lain karena sum’ah dan riya’, maka pada hari kiamat Allah akan menempatkannya pada posisi orang-orang yang sum’ah dan riya’”. ( HR. Abu Daud ).

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :

Barangsiapa mengambil sesuap makanan dari seorang Muslim (dengan zhalim), maka Allah ‘azza wajalla akan memberinya makanan yang semisal dari neraka Jahanam. Dan barangsiapa mengambil pakaian seorang Muslim (dengan zhalim) meski hanya sepotong, maka Allah ‘azza wajalla akan memakaikan pakaian yang semisal kepadanya dari pakaian neraka Jahanam. Dan barangsiapa memposisikan seorang Muslim pada posisi sum’ah (agar ia didengar orang lain), maka Allah ‘azza wajalla akan menyiksanya kelak pada hari kiamat (dan mengumumkannya bahwa ia adalah seorang pendusta).”  (HR. Ahmad).
Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply