Oleh : Ust. Drs. Rik Suhadi S.Th.I
(Pengasuh Pondok Babussalam Socah)
‘UJUB
Terkadang seseorang sudah merasa terlepas dari penyakit riya’ jauh dari penyakit hasad dan dengki, namun secara tidak sadar jiwanya masih terbelenggu dengan penyakit ujub. Padahal penyakit ini juga bisa menggelontorkan amal kebaikan sebagaimana riya’. Ujub juga termasuk pada ranah syirik kecil, dan bisa menenggelamkan penderitanya di neraka jahannam. Kagum pada dirinya sendiri, bangga dengan amalannya sendiri, bangga dengan ilmunya, nasabnya, hartanya, pengruhnya, jabatannya, keberhasilan dakwahnya dan sebagainya yang dirasa paling hebat adalah dirinya, itulah ujub.
Ujub Menurut Para Ulama
Menurut Imam Al-Ghazali, “Perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Alloh.”
Ibnu Al-Mubarok pernah ditanya apa itu ‘Ujub ? Dia menjawab “ engkau merasa bahwa dirimu punya sesuatu yang tidak dimiliki orang lain . Aku tidak mengetahui sesuatu apada diri orang yang Shalat yang lebih jelek dari ‘ujub “.
Ibnu Taimiyah mengatakan, “ sering orang menyamakan antara riya’ dengan ujub, kemudian dia menjelaskan perbedaan keduanya, “ Riya’ terkait dengan syirik atau menyekutukan Allah dengan makhluq, sedangkan ujub adalah perbuatan syirik atau menyekutukan Allah dengan dirinya sendiri “.
Dalam bahasa arab, ‘ujub berarti : “ kagum”. Orang yang ‘ujub adalah orang yang kagum kepada apa yang ada pada dirinya sendiri, baik itu kebaikan ataupun keburukan. Jika dikatakan, “ si polan ujub pada dirinya sendiri”, berarti ia kagum pada pemikiran dan dirinya sendiri . ( Dr. Sulayman Al-Asyqar, Ikhlas ).
Ujub penyakit jiwa membinasakan
Perasaan bangga yang terselip ada pada diri karena ‘ujub ini , bisa mjenjadikan seseorang terjerembab kejurang kebinasaan sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri” (HR at-Thobroni dalam AlAwshath)
Bahkan perasaan bangga terhadap perbuatan baik yang dilakukannya-pun juga dapat menghantarakan seseorang kedalam keburukan, semisal ada seseorang yang merasa bangga pada dirinya sendiri, karena ceramahnya yang sangat memukau hingga banyak pengikut dan jama’ahnya , lantas dalam hatinya terbersit kekaguman pada diri sendiri dan berkata dalam hatinya “itulah aku, hanya aku yang bisa berbuat sepertini”, maka dia telah jatuh dalam kebinasaan amalnya.
Ubaidillah bin Abu Ja’far Al-Mishri , pernah memberi nasihat untuk murid beliau , “Jika engkau duduk di suatu majelis lalu engkau berbicara kemudian engkau merasa bangga dengan hal itu, maka tahanlah. Dan jika engkau berada di suatu majelis dan engkau diam lalu engkau merasa bangga dengan diammu itu, maka berbicaralah. Lihat dan perhatikan hawa nafsumu dan selisihilah .” (dalam Tahdzibil Kamal fii Asmaa-i Ar-Rijaal)
Said bin Jabir berkata : “Sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan kebaikan lalu perbuatan baiknya itu menyebabkan ia masuk neraka, dan sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan buruk lalu perbuatan buruknya itu menyebabkan dia masuk surge , hal itu dikarenakan perbuatan baiknya itu manjadikan ia bangga pada dirinya sendiri sementara perbuatan buruknya menjadikan ia memohon ampun serta bertobat kepada Allah karena perbuatan buruknya itu”. (Majmu ‘Al-Fatawa 10/277)
Rajin Ibadah diancam Neraka pelaku dosa masuk Surga
Dalam hadits riwayat Abu Dawud, ada dua orang bersaudara di zaman Bani Israil, yang satu bermaksiat, sedang yang satu lagi rajin ibadah. Seseorang yang rajin ibadah ini senantiasa memperhatikan kepada saudaranya yang mengerjakan dosa tatkala berkata, “Berhentilah (melakukan dosa)!”, suatu ketika orang yang rajin beribadah ini memergoki saudaranya sedang mengerjakan dosa, lalu ia berkata, “Berhentilah (melakukan dosa)!”
Namun saudaranya balik menjawab, “Demi Tuhanku, biarkanlah diriku, dan memangnya kamu dikirim untuk mengawasiku?” Maka orang yang rajin beribadah itu berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau tidak akan memasukkanmu ke surga.” Maka Allah mencabut nyawa keduanya, dan keduanya berkumpul bersama di hadapan Allah. Allah berfirman kepada orang yang rajin beribadah, “Apakah kamu mengetahui Diriku atau berkuasa terhadap apa yang Aku lakukan dengan Tangan-Ku?”, maka Allah berfirman kepada orang yang mengerjakan dosa, “Pergilah dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku”, sedangkan kepada yang satu lagi Allah berfirman, “Bawalah dia ke neraka.” Abu Hurairah yang meriwayatkan hadis ini berkata, “Demi Allah yang diriku di Tangan-Nya, ia telah mengucapkan kata-kata yang membuat dirinya binasa dunia dan akhirat.”
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Namun saudaranya balik menjawab, “Demi Tuhanku, biarkanlah diriku, dan memangnya kamu dikirim untuk mengawasiku?” Maka orang yang rajin beribadah itu berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau tidak akan memasukkanmu ke surga.” Maka Allah mencabut nyawa keduanya, dan keduanya berkumpul bersama di hadapan Allah. Allah berfirman kepada orang yang rajin beribadah, “Apakah kamu mengetahui Diriku atau berkuasa terhadap apa yang Aku lakukan dengan Tangan-Ku?”, maka Allah berfirman kepada orang yang mengerjakan dosa, “Pergilah dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku”, sedangkan kepada yang satu lagi Allah berfirman, “Bawalah dia ke neraka.” Abu Hurairah yang meriwayatkan hadis ini berkata, “Demi Allah yang diriku di Tangan-Nya, ia telah mengucapkan kata-kata yang membuat dirinya binasa dunia dan akhirat.”
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ اَهْلَكَهُمْ
“Barangsiapa yang mengatakan “Orang-orang telah binasa”, maka sebenarnya kata-kata itu telah membinasakannya.”
Menganggap diri lebih baik dan lebih suci dari pihak lain sangat dicela oleh Allah sebagaimana Firman Allah :
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. ( QS. An-Najm : 32 ).
Rasulullah bersabda :
لَوْ لَمْ تَكُونُوا تُذْنِبُونَ لَخَشِيتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ، الْعُجْبَ الْعُجْبَ»
“ jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya yakni ujub,ujub” ( HR. Al-Baihaqi ).