Prof Maksum Radji
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Jamaah Rahimakumullah,
Ihsan merupakan salah satu dari tiga pilar penting bagi umat Muslim. Ihsan tidak dapat dipisahkan dari Iman dan Islam. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh ditinggalkan, agar keislaman seseorang menjadi sempurna.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاَ نْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَ يْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَ حْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang Ihsan.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 195).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِا لْعَدْلِ وَا لْاِ حْسَا نِ وَاِ يْتَاۤىِٕ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ وَا لْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 90).
Dalam Surat Al-Qasas Ayat 77, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 77).
Dalam sebuah Hadits yang masyhur yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Umar radiallahu anhu berkata:
“Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar “Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman.“ Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “Dia adalah Malaikat Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim).
Jamaah Rahimakumullah,
Dalil-dalil di atas merupakan tuntunan luhur tentang perilaku Ihsan bagi umat Islam. Sikap Ihsan perlu tertanam di dalam hati dan harus kita amalkan. Nilai-nilai Ihsan merupakan perilaku terpuji yang harus diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an tidak kurang dari lima puluh ayat disebutkan tentang perilaku Ihsan.
Sungguh betapa luhur perilaku Ihsan. Dalam hadits diatas menunjukkan bahwa ada dua tingkatan dalam sikap dan perilaku Ihsan.
Yang pertama adalah tingkat Musyahadah, yaitu golongan orang yang melakukan ibadah seakan-akan selalu merasa, melihat, dan menyaksikan keberadaan Allah. Mereka merasa Allah benar-benar hadir dalam setiap ibadah yang mereka lakukan. Mereka melihat sifat-sifat-Nya, dan memperhatikan makna sifat-sifat Allah bagi makhluk-Nya.
Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan yang kuat terhadap sifat-sifat Allah, maka seseorang akan mengembalikan semua tanda kekuasaan Allah pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Yang Kedua adalah, Muraqabah, yaitu golongan orang yang melakukan ibadah dan muamalahnya senantiasa merasakan bahwa seluruh gerak-geriknya dan getar hatinya diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagi seorang muhsinin ketika melaksanakan shalat, dia merasa Allah memperhatikan apa yang dia lakukan, sehingga dia memperbaguskan dan khusuk dalam shalatnya.
Hal ini sebagaimana Allah firmankan dalam surat Yunus,
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan tidak pula engkau mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Rabb-mu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Yunus: 61).
Fadhilah Ihsan.
Adapun fadhilah dan keutamaan dari perilaku Ihsan antara lain adalah:
Pertama, mendapatkan inayah dan petunjuk Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. An-Nahl: 128).
Dalam ayat ini Allah menunjukkan keutamaan seorang muhsinin yang bertakwa kepada Allah, akan senantiasa mendapatkan pertolongan dan petunjuk jalan yang lurus. Allah subhanahu wa Ta’ala beserta orang-orang yang bertakwa. Allah akan menolong mereka dengan bantuan dan pertolongan-Nya.
Kedua, dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَأَنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. Al-Baqarah:195).
Makna Ihsan pada ayat di atas mencakup seluruh jenis ibadah dan muamalah yang kita lakukan, termasuk berbuat ihsan kepada Allah, terhadap kedua orang tua, terhadap karib kerabat, terhadap manusia dan mahkluk-Nya, terhadap anak yatim dan fakir miskin, terhadap harta, kemuliaan, dalam memberikan pertolongan, perbuatan amar makruf nahi mungkar, serta mengajarkan ilmu yang bermanfaat dan perbuatan ihsan lainnya.
Ketiga, mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ اْلأَخِرَةَ فَإِنَّ اللهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا
“Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat ihsan (kebaikan) diantaramu pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 29).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوا الْحُسْنٰى وَزِيَا دَةٌ ۗ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوْهَهُمْ قَتَرٌ وَّلَا ذِلَّـةٌ ۗ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ الْجَـنَّةِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
“Bagi orang-orang yang berbuat Ihsan, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus: Ayat 26).
Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak seorang hamba. Tidak semua orang bisa meraih derajat yang mulia ini. Hanya hamba-hamba Allah yang istiqomah dan mendapatkan petunjuk-Nya yang bisa mencapai derajat mulia ini. Oleh sebab itu, merupakan keutamaan tersendiri bagi hamba yang mampu meraihnya.
Seseorang yang memiliki sikap Ihsan akan rajin berbuat kebaikan karena dia mengetahui bahwa Allah akan selalu melihatnya. Sebaliknya, dia akan merasa malu ketika berbuat kejahatan karena dia selalu yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala juga pasti melihat perbuatannya. Oleh sebab itu orang-orang yang muhsinin senatiasa mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah dengan ikhlas; senantiasa amanah, jujur dan menepati janji; akan merasakan nikmat dan istiqomah dalam beribadah; berperan aktif dalam mengajak dalam kebaikan dalam masyarakat; dan senantiasa mendapatkan petunjuk serta pertolongan dan pahala dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala..
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua dan semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang memiliki perilaku Ihsan.
Aamiin Ya Rabbal Alamin……
Penulis : Prof Maksum radji
Editor : Fajar andrianto
Donasi ke yayasan babussalam socah :