Keutamaan Istighfar

Prof Maksum Radji

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

الحَمْدُ ِللهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ اْلمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ اْلوَفَاءِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ بِهُدَاهُمُ اقْتَفَى

Jamaah Rahimakumullah,

Manusia senantiasa butuh akan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena kita adalah hamba yang tidak bisa lepas dari kesalahan dan dosa. Dosa-dosa bisa gugur dengan bertaubat dan beristighfar.

 

Istighfar secara harfiyah merupakan ucapan “astaghfirullah” yang diucapkan sekali atau pun berulang kali oleh seorang Muslim, yang ditujukan untuk memohon ampun atas kesalahan dan dosa yang dilakukan karena melanggar larangan Allah Subhaanahu wa Ta’ala. 

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَا صْبِرْ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّا سْتَغْفِرْ لِذَنْبِۢكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِا لْعَشِيِّ وَا لْاِ بْكَا رِ

Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan beristighfar-lah,  mohon ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada waktu petang dan pagi.” (QS. Ghafir 40: Ayat 55).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:

ثُمَّ اَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ اَفَا ضَ النَّا سُ وَا سْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak (‘Arafah) dan beristighfar-lah, mohon ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 199).

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:

وَا لَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَا حِشَةً اَوْ ظَلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَا سْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ ۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

 

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu beristighfar memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui”. (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 135).

 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi disebutkan bahwa dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda bahwa, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap kepada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-mu dengan ampunan sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi).

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari).

 

Dalam Riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristighfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).

 

Jamaah Rahimakumullah,

Dalil-dalil di atas jelaslah bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan menghapus dosa kita selama kita mau memohon ampun kepada-Nya (dengan penuh harap). Sebesar apapun dosa kita, asalkan tidak ada dosa syirik.

 

Adapun Keutamaan beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, antara lain adalah:

Pertama, Istighfar menghapuskan dosa.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristighfar dan bertaubat, padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang. 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

 

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا.  لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا

 

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus.” (QS. Al Fath: 1-2).

Walaupun dosa-dosa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dijamin untuk diampuni, namun beliau adalah orang yang paling banyak beristighfar di setiap waktu. 

 

Lantas bagaimana dengan kita yang tidak luput dari dosa dan kesalahan selama hidup kita? Sesungguhnya kita lebih pantas untuk bertaubat dan beristighfar setiap saat karena dosa kita yang begitu banyak yang telah kita lakukan.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim).

 

Kedua, Istighfar sebagai pembawa nikmat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْۤا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَا عًا حَسَنًا اِلٰۤى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّ يُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗ وَاِ نْ تَوَلَّوْا فَاِ نِّيْۤ اَخَا فُ عَلَيْكُمْ عَذَا بَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ

 

“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Raab-mu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).” (QS. Hud 11: Ayat 3).

 

Ketiga, Istighfar sebagai penolak bala’ dan musibah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa azab datang akibat dosa yang dilakukan oleh manusia.  Banyak kisah azab yang ditimpakan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala akibat dosa yang dilakukan manusia ataupun oleh suatu kaum.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan azab bagi kaum Nabi Luth yang terkenal dengan penyuka sesama jenis. Mereka diazab dengan hujan batu-batu besar dari langit hingga menjungkir balikkan kota mereka. 

 

Azab juga dialami oleh kaum Tsamud yang membangkang akan ketauhidan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka diazab dengan petir yang menggelegar hingga menyebabkan seluruh penduduknya tewas serta menghancurkan peradaban mereka. 

 

Demikian pula kaum Ad yang juga diazab oleh Allah dengan angin dingin yang sangat kencang hingga membunuh semua penduduk, dan juga kisah kaum Nabi Nuh yang mendapatkan azab berupa banjir yang sangat besar hingga menewaskan siapapun umat Nabi Nuh yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala waktu itu.

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَا كَا نَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَ نْتَ فِيْهِمْ ۗ وَمَا كَا نَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) beristighfar, memohon ampunan.” (QS. Al-Anfal 8: Ayat 33).

 

Keempat, Istighfar pembuka terkabulnya doa.

Selain menghapuskan dosa dan penolak bala’, istighfar juga membuat doa kita kepada Allah terkabul. 

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَاِ لٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَا لَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَـكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗ هُوَ اَنْشَاَ كُمْ مِّنَ الْاَ رْضِ وَا سْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَا سْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْۤا اِلَيْهِ ۗ اِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ

“Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari Bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud 11: Ayat 61).

 

Kelima, Istighfar sebagai solusi dari masalah hidup.

Setiap manusia tak luput dari kesalahan dan kekhilafan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, sangat penting bagi manusia untuk memperbanyak istighfar yang merupakan salah satu kunci ketenangan hati, dan menambah kekuatan dalam menghadapi hidup, serta memudahkan segala urusan.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 

عنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضِي اللَّه عنْهُما قَال: قالَ رَسُولُ اللَّهِ: مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

 

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).

 

Makna hadits ini adalah beristighfar merupakan salah satu solusi dari permasalahan hidup, memudahkan segala urusan, serta menenangkan hati, karena limpahan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.  

 

Keenam, Istighfar sebagai pembuka pintu rezeki.

Apabila penduduk di suatu negeri bertaqwa kepada Allah dan senantiasa beristighfar memohon ampunan kepada-Nya, maka Allah akan memperbanyak rezeki dan melimpahkan barokah-Nya, sehingga bumi menjadi subur dan menjadikan kebun-kebun di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan yang di tengah-tengahnya mengalir sungai-sungai.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

“Maka Aku katakan kepada mereka: beristighfar-lah, mohon ampun kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha-Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta, anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:

 

وَيٰقَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْۤا اِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَآءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَا رًا وَّيَزِدْكُمْ قُوَّةً اِلٰى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ

“Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Beristighfar-lah, mohonlah ampunan kepada Rabb-mu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.” (QS. Hud 11: Ayat 52).

 

Jamaah Rahimakumullah,

Demikianlah keutamaan istighfar. Memperbanyak istighfar adalah cara agar mendapatkan ampunan dan kembali kepada jalan lurus. Istighfar juga menjadikan manusia selalu berada dalam hidayah Allah dan mendapatkan petunjuk-Nya.

 

Adapun bacaan istighfar adalah,

للَّهُمَّ اغْفِرْ لِى (Allahummaghfir lii) “Ya Allah, ampunilah aku”, atau 

اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ (Astaghfirullah al Adzim) “Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung”.

 

Adapun bacaan istighfar yang paling sempurna adalah penghulu istighfar (sayyidul istighfar). 

Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Penghulu istighfar adalah apabila engkau mengucapkan,

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

 

“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”. 

 

“Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”  (HR. Bukhari).

 

Istighfar yang terus menerus dilakukan dimanapun kita berada, sejatinya akan membuat  kebersihan hati kita akan selalu terjaga dan akan lebih dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kebersihan hati dan kedekatan dengan Allah inilah yang kemudian akan membuat seseorang lebih bertaqwa kepada Allah dan lebih tentram dalam hidupnya.  Bagi orang bertaqwa, Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan melimpahkan rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka, serta memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan hidupnya.

 

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua, dan semoga Allah menerima taubat dan istighfar kita semua.

 

Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Depok, 19 Mei 2023.

 

Penulis : Prof Maksum Radji

Editor  : Fajar Andrianto

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply