Rahasia Allah Dalam Ibadah Puasa (Bagian 2)

Ust Rik Suhadi

 

Pahala Spesial Untuk Puasa

Mengapa pahala amalan puasa menjadi spesial dibanding amalan ibadah yang lainnya?

Karena Allah subhaanahu wata’ala menyebut puasa secara khusus kepada diri-Nya, sebagaimana Firman-Nya dalam hadits Qudsiy,

 

قَالَ اللهُ:‌كُلُّ ‌عَمَلِ ‌ابْنِ ‌آدَمَ ‌لَهُ ‌إِلَّا ‌الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Allah berfirman: ‘Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya ( HR. Muslim )

 

Penisbahan puasa kepada Allah ini adalah oleh Allah subhaanahu wata’la sendiri yang meletakkan, seperti perkataan “rumah Allah” untuk masjid atau Ka’bah, padahal seluruh bumi adalah milik Allah. Seperti juga kalimat penisbahan tentang, “unta nabi Shalih” dalam sebutan  ناقة الله “Unta Allah”, padahal semua unta dan segala sesuatu adalah milik Allah ‘Azza waJalla.

 

Amalan puasa menjadi rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya, dan tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allah, ini juga yang menjadikan amalan puasa menjadi spesial.

 

Ibadah itu memiliki dua sifat: Pertama, ibadah yang tampak, baik secara lisan maupun perbuatan, yang dapat dilihat oleh orang lain. Dan yang kedua adalah ibadah yang tersembunyi, seperti orang yang sedang berpuasa yaitu meninggalkan sesuatu karena Allah. Berpuasa itu meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena Allah Ta’ala dalam kondisi yang tidak diketahui siapa pun kecuali Rabb-nya. sehingga ruh ke-ikhlasan dalam melakukan kepatuhan kepada Allah benar-benar terwujud. Puasa tidak mengandung riya’ dan kemunafikan sebagaimana hal-hal lainnya, dimana bercampurnya riya’ sulit dihindari.

 

Al-Qurthubi mengatakan, Riya’ itu sering masuk kedalam berbagai macam amal perbuatan, sedangkan puasa tidak ada seorang pun yang dapat melihat amalan ini kecuali Allah (sehingga sulit dimasuki oleh riya’), oleh karenanya Allah menisbahkan amalan puasa itu kepada diri-Nya. Sebagaimna Allah berfirman dalam hadits:

 

يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

 “Dia meninggalkan hawa nafsunya karena Aku” (HR. Muslim) .

Ibnu al-Jawzi mengatakan, “semua amal ibadah nampak terlihat saat amal itu dilakukan, dan sedikit sekali yang bisa selamat dari bercampurnya riya’ (pada amal tersebut) kecuali puasa”.

 

Riya’ ini racun bagi amal ibadah, sebab orang yang melakukan ibadah yang bercampur dengan riya’ maka ibadahnya tertolak. Sebagaimna firman Allah dalam hadits qudsy yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

 

“Aku adalah Zat yang paling tidak butuh kepada sekutu. Siapa yang mengerjakan amalan yang di dalamnya dia menyekutukan-Ku dengan yang lain, maka Aku tinggalkan ia bersama perbuatan syiriknya itu.” (HR. Muslim)

 

Oleh sebab itu Allah subhaanahu wata’ala telah mengkhususkan amalan puasa itu untuk diri-Nya, sebagaimana Firman Allah dalam hadits: “Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya”. (HR. Muslim)

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply