Ternyata Ini Obat Bakhil

Ternyata ini Obat Bakhil : Ustadz Riksuhadi

 

Pena Babussalam, Bakhil atau kikir adalah sifat yang tercela dan merupakan bagian dari akhlaq madzmumah ( perilaku tercela ). Orang yang mempunyai sifat bakhil akan menuai kerugian di dunia dan akhirat. Saat di dunia dia akan dimusuhi dan di benci oleh orang-orang di sekitarnya. Dan saat di akhirat kelak dia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah tentang harta kekayaan yang diperolehnya.

Orang yang kikir hakekatnya adalah orang yang bakhil terhadap dirinya sendiri , dia bekerja keras dengan keletihan namun dia sendiri tidak menikmati kekayaan hasil kerjanya, sebab dia tidak memiliki simpanan untuk kehidupan akhiratnya. Seluruh hartanya akan dinikmati oleh ahli warisanya. Disamping itu kebakhilan   akan mengusir keimanan yang ada dalam diri seseorang,  sebab kikir dan iman tidak bisa menyatu dalam diri  seseorang, bagaikan minyak dan air. Rasulullah bersabda :

لَا يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالْإِيمَانُ فِي جَوْفِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ

Tidak akan berkumpul antara sifat pelit dan iman dalam diri seorang muslim.” ( HR. Ahmad )

Rasulullah menggambarkan bahwa orang yang bakhil adalah laksana orang yang mengenakan baju besi setiap kali dia tidak mau berinfaq dengan suatu apapun maka baju besinya akan menyempit sehingga menempel ketat pada setiap kulitnya dan ketika dia mencoba untuk melonggarkannya maka dia tidak dapat melonggarkannya” ( HR. Bukhari ).

Permisalan ini oleh Ibnu Hajar dijelaskan dalam kitabnya Fathul Baari, bahwa  orang yang kikir apabila terbetik dalam  dirinya untuk bersedekah, maka jiwanya menjadi sesak dan hati-nyapun semakin menyempit serta tangannya terkungkung. Disaat kondisi seperti inilah saat yang paling tepat untuk melakukan terapi batin bagi yang di hinggapi penyakit kikir.  Paksa diri  untuk bersedekah disaat saat paling kikir , terus latih dan dibiasakan melawan jepitan kikir yang membelenggu jiwa dengan bersedekah  secara terus menerus , jangan kasi kendor selama masih ada waktu dan kesempatan untuk bersedekah  terus lakukan sampai menang, sampai hati menjadi senang jika bersedekah, senang disaat berbagi dengan yang lain,  lebih-lebih berbagi dengan yang membutuhkan bantuan.

Janganlah pernah terlena selama masih ada waktu dan kesempatan  berbagilah, ber-infak-lah  dan bersedekah- lah sebelum kematian datang  . Allah berfirman :

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

 “Dan belanjakanlah (infak-kanlah )   dijalan Allah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu yang menyebabkan dia berkata “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh” ( QS. Al-Munafiqun : 10 ).

Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah saw mengajarkan kita  untuk melawan  sifat kikir dengan cara bersedekah.

أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلَا تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ

Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata,: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu’alaihiwasallam dan berkata,: “Wahai Rasulullah, shadaqah apakah yang paling besar pahalanya?”. Beliau menjawab; “hendaknya Kamu bershadaqah ketika kamu dalam keadaan sehat dan kikir, takut menjadi faqir dan berangan-angan jadi orang kaya. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga tiba ketika nyawamu berada di tenggorakanmu. Lalu kamu berkata, untuk si fulan sekian  dan untuk si fulansekian . Padahal harta itu telah menjadi milik si fulan”. ( HR. Bukhari ).

Dari hadist nabi ini setidaknya kita dapat menarik kesimpulan tentang terapi kikir yang jitu yaitu : Bersedekah saat diri dalam keadaan sehat lagi sangat menginginkan dan berambisi mengejar dunia, bersedekah saat diri sangat ingin menjadi kaya,  bersedekah saat jiwa merasa takut miskin  bersedekah saat tidak menjelang kematian.

Penulis : Drs. Riksuhadi, S.Th. I.

Editor  : Fajar Andrianto

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply