TETAP ISTIQOMAH PASCA BULAN RAMADHAN

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْر

أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أَمَّا بَعْدُ

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat: 30).

 

Jamaah rahimakumullah,

Tiada kata yang patut kita ucapkan selain puji syukur Alhamdulillah dari lubuk hati kita yang paling dalam atas izin-Nya untuk merasakan keindahan kasih sayang-Nya yang tak terbatas, yang memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri, memohon ampunan, dan meraih hasil tarbiyah di bulan penuh keberkahan bulan suci Ramadhan yang telah kita lewati.

Tak lupa, mari kita haturkan pula shalawat dan salam kepada utusan-Nya, Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, yang telah menjadi panutan

bagi seluruh umat manusia. Teladan mulia yang membimbing kita dalam setiap langkah kehidupan, menunjukkan jalan kebaikan dan kasih sayang.

Setelah kita menjalani dan menikmati ibadah-ibadah kita di bulan suci Ramadhan, kita tetap meyakini bahwa akhir Ramadhan bukanlah pertanda perjuangan ibadah juga turut berakhir.

Bahkan sebaliknya, kita harus terus meningkatkan Iman dan taqwa kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan tetap istiqomah dalam menjalankan ibadah pada bulan-bulan selanjutnya guna menunjukkan komitmen iman dan taqwa kita pasca bulan Ramadhan.

Keistiqomahan yang terbentuk setelah Ramadhan merupakan penyempurna ibadah dan bukti ketaqwaan kita sebagai hasil perjuangan saat Ramadhan yang telah berlalu.

Kita menyadari bahwa istiqomah dalam ibadah bukanlah hal mudah. Amat sulit  menjadi orang yang istiqomah sebab arus godaan dan cobaan tak kalah derasnya. Bahkan syetan-pun telah bersumpah untuk selalu berupaya menyesatkan manusia, sebagai mana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Al A’raf ayat 17:

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Kemudian saya akan datangi mereka dari depan dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka hingga Engkau tidak akan mendapati banyak dari mereka yang bersyukur (taat).” (QS. Al A’raf: 17).

Makna ayat di atas menunjukkan bahwa syetan telah bersumpah untuk selalu menggoda manusia dengan berbagai cara agar manusia tersesat dari jalan Allah.

Lantas bagaimana cara kita menjaga keistiqomahan pasca Ramadhan?

 

Pertama, selalu berdoa agar istiqomah .

Adapun doa’ yang paling sering dipanjatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”

Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdoa dengan doa, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,

“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

 

Kedua, rajin bermuhasabah.

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).

Seorang Muslim harusnya menyadari bahwa apapun yang dilakukannya kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah.

Bermuhasabah ini perlu dilakukan untuk mengetahui segala kekurangan diri, apakah kebaikannya lebih banyak dari pada keburukan kita, ataukah sebaliknya.

Selain itu juga untuk mengetahui apakah kewajiban kita sebagai hamba Allah sudah disempurnakan ataukah dilalaikan. Dengan selalu bermuhasabah akan menjadikan kita istiqomah dalam beribadah dan memperbaiki diri kita.

 

Ketiga, bersahabat dengan orang sholeh.

Dalam sebuah Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.”  (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Sahabat yang baik adalah yang mengingatkan bila kita lalai, menegur bila kita bermaksiat, dan memberikan dukungan bila kita mengamalkan kebaikan. Maka sudah sepatutnya seorang muslim bersahabat dengan orang sholeh dan istiqamah, yang dapat membantunya untuk istiqamah di atas ketaatan kepada Allah.

 

Keempat, sering mengingat kematian.

Mengingat akan kematian adalah ibadah yang sangat dianjurkan, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi).

Dengan mengingat kematian, kita dapat menambah frekuensi ibadah kita agar lebih maksimal dalam berserah diri dan taqorrub memohon ampunan Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

 

Kelima, ikhlas dan kontinu dalam beramal walaupun sedikit.

Ikhlas dengan niat yang lurus dan tulus, merupakan faktor penting dalam beribadah dan bermuamalah, karena segala sesuatu yang tidak didasari dengan ikhlas karena Allah, tidak akan membawa bermanfaat dan tidak akan kekal.

Perbaiki niat kita agar amal ibadah yang kita kerjakan terhindar dari segala godaan dan tetap rutin dikerjakan walaupun sedikit.  Bershodaqoh, membaca dan mentadabburi Al-Qur’an adalah salah satu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan secara istiqomah.

Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”  (HR. Bukhari dan Muslim).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kepada kita untuk tetap istiqamah di dalam agama yang mulia ini hingga akhir hayat kita.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.

Jum’at, 19 April 2024.

 

*) Disarikan dari beberapa sumber.

 

 

Penulis:Prof. Maksum

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply