Pena Babussalam, Belakangan ini negeri kita secara beruntun sering tertimpa berbagai macam musibah dan bencana, mulai dari gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin kencang di berbagai daerah yang menelan tidak sedikit korban jiwa dan harta, hal ini menjadikan kita semakin prihatin.
Belum lagi aneka macam bencana moral dan bencana sosial yang juga terus bermunculan ditandai dengan semakin banyaknya kasus korupsi, narkoba, penyimpangan seksual, pesta hubungan seksual antar sesama jenis yang akhir-akhir ini kian banyak ditemukan kasusnya di berbagai daerah dalam kehidupan masyarakat kita. Ditambah lagi adanya fenomena disharmonisasi hubungan antara sesama umat Islam sendiri, yang kurang elok dalam menyikapi perbedaan pemahaman, sehingga menguntungkan terhadap adanya upaya-upaya adu-domba antar sesama umat Islam yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak suka kepada Islam. Sungguh peristiwa ini sangat menyedihkan hati kita.
Allah sedang menguji bangsa ini, Allah sedang memberikan peringatan penting kepada kita umat Islam dengan musibah ini. Peringatan untuk berhati-hati dan waspada jika hal-hal yang munkarot telah banyak dan nyata dilakukan di tengah-tengah masyarakat, maka Allah akan menurunkan azab atau malapetaka, yang apabila bencana itu datang, tidak hanya akan menimpa orang-orang yang dholim dan durjana saja diantara kita, akan tetapi orang-orang yang baik dan shalihpun juga akan ikut merasakan malapetaka itu, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wata’ala dalam QS. Al An-fal : 25
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan takutlah kalian dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”. ( QS. Al-Anfal : 25 )
Dalam shahih muslim dinyatakan bahwa zainab binti Zahsy, bertanya kepada Rasulullah :
يَا رَسُولَ اللهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: «نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ
Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa padahal kami sedang bersama orang-orang yang shaleh ? rasulullah menjawab, iya, jika telah terjadi banyak kemaksiatan ( HR. Bukhari, Muslim ,Ibnu Majah )
Dalam sunan Tirmidzi disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ.
“Sesungguhnya, apabila manusia melihat seorang yang melakukan kezaliman, namun mereka tidak mencegahnya, atau ragu-ragu ( untuk melakukan pencegahan), maka Allah akan meratakan siksaan-Nya (menimpakan siksaan kepada mereka semua).( HR. Thirmidzi ).
Menurut Ibnu Abbas, ayat diatas menunjukkan adanya perintah Allah kepada orang orang yang beriman, agar tidak berdiam diri ketika mereka melihat perilaku kemungkaran dan perilaku kemaksiatan yang dilakukan secara terang-terangan. jika sekiranya orang-orang yang shalih bersikap diam dalam melihat kemungkaran yang terjadi dan membiarkannya, tidak peduli, bersikap acuh tak acuh, atau bahkan pura-pura tuli terhadap maraknya kekejian dan kemungkaran yang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya, maka Allah akan meratakan azab-Nya tanpa tebang pilih.
Al-Qur’an banyak memberikan pelajaran dan peringatan kepada kita, tentang kisah umat-umat terdahulu yang ditimpa bencana sebagai akibat dari buah perbuatan mereka sendiri
Dalam QS surat al-ankabut :40
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
umat Nabi Nuh As Allah tenggelamkan dengan banjir yang sangat dahsyat, yang tinggi gelombangnya sebesar gunung (Hud: 42). Sebab mereka menolak seruan nabi Nuh dan melakukan pelecehan dan penghinaan pada nabi mereka.
kaum Nabi Syuaib As, Allah hancurkan mereka dengan gempa bumi yang dahsyat. Mereka mati di atas kendaraan2 mereka (Al-A’raf: 91). Sebab mereka mendustakan dan menolak risalah nabi mereka.
Kaum Nabi Luth As, Allah hancurkan mereka dengan hujan batu. Al Quran menggambarkan, bangunan-bangunan tinggi hasil peradaban kaum Nabi Luth menjadi rata dengan tanah (Hud: 82) , sebab menolak dakwah & melakukan penyimpangan seksual
Kaum Nabi Saleh As : Allah hancurkan dengan suara menggelegar yang amat dahsyat. Mereka mati bergelimpangan di dalam rumah mereka sendiri (Hud: 67). Sebab mereka mendustakan,melecehkan mukjizat bukti kebenaran risalah nabi Shaleh.
Umat Nabi Hud/Ad mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah timpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).”
Fir’aun dan pengikutnya Allah tenggelamkan ke dalam lautan hingga tidak satu pun yang tersisa (Al-A’raf: 136).
Qorun beserta pengikutnya, Allah benamkan mereka ke dalam bumi sehingga kekayaannya sedikitpun tidak tersisa. Ini lantaran ia sombong kepada Allah swt. (Al-Qashash:81).
Lantas bagaimana dengan kita ? apakah kita merasa aman dari datangnya bencana-bencana ini disaat kita diam di tengah maraknya kemungkaran …?
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ, أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ, أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik, ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga datangnya )? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf : 97-99)
Musibah yang menimpa kita adalah disebabkan ulah tangan kita sendiri.
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. ( QS.Asy-Syura : 30 )
Kalau kita perhatikan dengan seksama dari dosa-dosa dan kemungkaran serta kekejian umat-umat terdahulu itu, maka tunai sudah lengkap telah dikerjakan juga oleh manusia-manusia mutakhir zaman ini. dosa dosa yang manakah yang belum dilakukan oleh manusia-manusia saat ini ?, semuanya telah dan lengkap dilakukan, bahkan manusia modern saat ini , jauh lebih menyimpang sebagaimana yang dilakukan oleh kaum LGBT saat ini.
Setiap bencana, musibah yang ditimpakan Allah kepada manusia hakikatnya adalah manusia sendiri yang mengundangnya datang. Mereka mengundang azab Allah dengan perbuatan dosa, kemaksiatan, kesyirikan, kemungkaran serta berbagai macam bentuk kekejian yang dilakukannya sendiri oleh manusia .
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.
“Tidaklah suatu kaum yang melakukan dengan terang-terangan berupa riba dan zina, melainkan halal bagi Allah untuk menimpakan azabnya kepada mereka.” (HR. Ahmad)
Musibah yang menerpa manusia merupakan teguran dan sapaan Allah kepada manusia sekaligus peringatan kepada manusia, yang melalui peristiwa-peristiwa tersebut menjadi kaca pembelajaran bagi mereka, agar manusia bertaubat, bersyukur dan kembali kejalan Allah Subhanahu wata’ala.
Oleh karenanya sebagai orang-orang yang shalih, hendaknya kita tidak menutup mata dan telinga saat melihat banyak kemungkaran dan kemaksiatan yang dilakukan di tengah-tengah kita.
Lakukan amar ma’ruf nahi munkar, sesuai kadar kemampuan kita. Kalau kita kebetulan dianugerahi Allah sebagai penguasa, atau diberikan amanah berupa jabatan, lakukanlah amar ma’ruf nahi munkar. Mengajak kepada yang ma’ruf dengan cara-cara yang baik, dan laranglah segala bentuk kemungkaran, jangan justru menjadi pelindung dan pembela kemungkaran.
Kalau tidak mampu, Maka lakukanlah amar ma’ruf nahi mungkar dengan lisan, dengan metode dan cara-cara yang cerdas.
Bagi yang tidak mampu dengan tangan dan lisan, berdoalah kepada Allah, atau minimal membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada, dan ini dikatakan oleh Rasulullah sebagai selemah-lemah iman.
Jika tidak kita melaksanakan perintah amar ma’ruf nahi munkar ini, maka Allah akan menyiksa kita dengan mendatangkan pemimpin yang zalim yang suka menindas kita, dan do’a2 kita tidak maqbul.
sebagaimana hadits Rasulullah:
“Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka)”. (HR. Abu Dzar).
Penulis : Ustadz Riksuhadi
Editor : Fajar Andrianto
Yuk Donasi Ke Yayasan Babussalam Socah :