Pena Babussalam, Aba Abdi Rabbi mendengar Mu’awiyah berbicara diatas mimbar menyampaikan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam :
لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا بَلَاءٌ وَفِتْنَةٌ
Tidak ada yang tersisa dari dunia ini kecuali bala’ ( ujian ) dan fitnah “. (HR. Ibnu Majah)
Dalam konsep al-Qur’an, bala’ tidak selalu dikonotasikan dengan sesuatu yang buruk yang menimpa terhadap diri seseorang, atau yang lazim dikenal dengan musibah dalam arti yang negatif, namun Al-Quran mengajarkan tentang “bala’” ini lebih kepada makna cobaan atau ujian untuk memperteguh dan menguatkan keimanan. Bentuk dari “bala’“ itu terkadang bisa berupa peristiwa yang menyenangkan atau sesuatu yang mendatangkan kesedihan.
Allah berfirman :
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; diantaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran ( QS. Al-A’raf : 168 ).
Dua Model Bala’
Ada bala’ (ujian) berupa kenikmatan dan kebaikan-kebaikan (al-hasanat) seperti harta, keluasan rizki, kesehatan, jabatan, kehormatan dan anak keturunan yang sangat disukai manusia. Ada bala’ (ujian) berupa keburukan (as-sayyiaat), baik yang berupa peristiwa alam seperti, gempa, tsunami, angin puting beliung, banjir, tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya, ataupun yang berupa bala’ sosial yang terjadi tumbuh di masyarakat, bahkan yang datang dari diri sendiri, seperti terjadinya banyak ketimpangan sosial, kericuhan, sakit, kecelakaan, namimah (adu domba), korupsi, penyalahgunaan wewenang, penyimpangan seksual, wabah penyakit dan lainnya.
Bala’ ini ditimpakan oleh Allah untuk menyapa dan menegur manusia agar mereka kembali Kepada kasih sayang Allah dan kembali kejalan yang benar, لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ tidak berbuat fasik lagi, dan berhenti melakukan kemaksiatan.
Semua Orang Akan Menerima Bala’
Bala’ tidak hanya akan ditimpakan kepada orang yang durjana belaka, namun orang-orang yang shalih pun juga akan menerima bala’ atau ujian dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebab bala’ adalah alat uji atau alat ukur tingkat ketinggian sabar dan tingkat ketinggian syukur seseorang kepada sang maha Penciptanya.
Oleh karenanya jika Allah menimpakan bala’ dalam bentuk kebaikan (hasanat), maka ingat, itu adalah alat uji peringkat kesyukuran, seberapa baik dan patuh dia menggunakan anugrah kenikmatan atau fasilitas pemberian Allah itu kepada nya ? Apakah dia sudah menggunakan anugrah kenikmatan itu sesuai dengan ketetapan Allah, atau malah semakin menjauh dari kasih sayang Allah, menyimpang dari jalan yang benar, sehingga anugrah kenikmatan yang Allah berikan itu, dia pergunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Nabi Sulaiman tatkala menerima anugerah singgasana dari Allah pernyataannya Allah abadikan dalam Al-Qur’an: “Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” ( QS. An-Naml : 40 )
Demikian pula dengan bala’ (ujian) yang berupa keburukan (sayyiaat) atau hal-hal yang menyedihkan, maka ingat, itu juga adalah ujian peringkat kesabaran, untuk merangking tingginya tingkat kesabaran seorang hamba dalam menerima beban ujian dari Rabb nya. Apakah dengan keadaan buruk yang menimpanya dia mampu menerima dengan lapang dada dan bersabar bahwa apa yang tengah dialaminya ini adalah ketetapan Allah, bahwa semuanya pasti akan mendapat bala’ atau ujian dari Allah ? Apakah saat peristiwa buruk itu datang menimpa dirinya, bisakah dia melahirkan inspirasi positif, sehingga dia bisa menuai hikmah dari peristiwa yang sedang dialaminya dan menjadikannya sebuah pengajaran penting untuk dirinya guna menghadapi masa depannya ? Maka jika demikian, dan sikap sabar yang dipilihnya, dan dia mampu berlapang dada menerimanya maka nantinya akan memunculkan sikap aktif dan jalan keluar terbaik, sehingga tidak mudah menyerah dengan keadaan yang sedang dialaminya. Ia akan segera bangkit untuk menyelesaikan dan memperbaiki keadaan. Sikap demikian ini adalah sikap orang-orang yang sabar , yang mendapatkan kasih sayang serta petunjuk dari Allah Subhanahu wata’ala. Sebagaimana telah digambar jelaskan oleh Al-Qur’an :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ () الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ () أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ()
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.“ (QS. Al-Baqarah : 155-157)
Balasan Sesuai Berat Bala’
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa besarnya pahala yang akan diterima oleh seseorang diukur dari kadar atau beratnya ujian yang menimpa seorang hamba, bahkan bala’ yang diberikan kepada seseorang oleh Allah itu, justru menjadi tanda cinta Allah kepada hamba-Nya. Sebagaimana Sabda Rasulullah
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Sesungguhnya besarnya pahala adalah karena besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum, Allah akan akan menimpakan ujian (bala’) kepada mereka, maka barangsiapa yang ridho (dengan ujian itu) maka dia akan meraih keridhaan Allah, namun barangsiapa yang tidak suka maka dia akan mendapatkan kemurkaan Allah (HR. Tirmidzi).
Penerima Bala’ Yang Paling Berat
Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalihannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” (HR Bukhari).
Menakjubkan
Sungguh menakjubkan , seluruh perkara yang menimpa orang-orang yang beriman, baik itu berupa peristiwa yang menyenangkan atau peristiwa buruk sekalipun yang menimpa mereka, semuanya akan berujung pada kebaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam :
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“sungguh menakjubkan perkara orang mu`min, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.” ( HR. Muslim ).
Penulis : Ustadz Riksuhadi
Editor : Fajar Andrianto
Donasi Ke Yayasan Babussalam Socah