Tetap Istiqomah Pasca Ramadhan

Prof Maksum Radji

 

اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ، رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي، يَفْقَهُوا قَوْلِي

Jamaah Rahimakumullah,

Bulan Suci Ramadhan yang penuh dengan ampunan dan barokah Allah Subhanahu wa Ta’ala kini telah meninggalkan kita semua. Berbagai rasa hati dirasakan oleh masing-masing orang yang telah melalui bulan Ramadhan. Ada golongan yang merasa senang karena sudah kembali pada kehidupan normalnya, namun ada juga golongan yang merasa sedih karena ditinggalkan bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan berbagai keutamaannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

 

Dalam sebuah buku yang berjudul Tasawuf Modern karya Prof. Buya Hamka, ada kisah hikmah yang dapat dipetik terkait pentingnya memuliakan bulan suci Ramadhan.

 

Alkisah, pada suatu masa, Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukkan suatu daerah. Pada suatu pagi sebelum mereka berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya. “Dalam perjalanan nanti malam kita akan melintasi sungai. Ambillah apa pun yang terinjak yang ada di sungai itu,” pesannya.

 

Ketika malam gelap tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai, ternyata ada 3 golongan prajurit. Golongan pertama adalah golongan yang tidak mengambil apa pun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu. Golongan kedua adalah mereka yang mengambil ala kadarnya yang terinjak di sungai, sekadar mengikuti perintah raja. Sedangkan golongan golongan yang ketiga mereka mengambil sebanyak-banyaknya apa yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan rela kepayahan meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan.

 

Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba di pagi hari, Iskandar Zulkarnain kemudian bertanya kepada pasukannya, apa yang mereka dapatkan semalam? Ketika para prajurit memeriksa tasnya, ternyata isinya adalah intan berlian. 

 

Setelah mengetahui apa yang didapatkan, tentu rasa penyesalan dan kecewa berat dialami oleh golongan prajurit yang tidak mengambil apa-apa selama melintasi sungai. Prajurit yang mengambil ala kadarnya sesuai dengan titah sang raja ada perasaan senang bercampur penyesalan, kenapa tidak mengambil lebih banyak lagi. Sedangkan prajurit yang sungguh-sungguh mengambilnya merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

 

Jamaah Rahimakumullah,

Kisah di atas mengandung pelajaran dan hikmah penting bagi kita semua. Sungai yang dilintasi oleh pasukan itu adalah sebuah permisalan perjalanan kita dalam bulan Ramadhan yang baru saja telah kita lewati. Bulan suci yang di dalamnya banyak sekali keberkahan dan limpahan pahala. 

 

Pertama, adalah orang-orang yang melewati bulan suci Ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikit pun. Kedua orang-orang yang melewati bulan suci Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya. Sedangkan yang ketiga, adalah orang-orang yang melewati bulan suci Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahan yang ada di dalamnya, yaitu dengan cara memperbanyak ibadah, memperbanyak shodaqoh jariah, tilawatil Qur’an, qiyamul lail, berzikir, mengikuti majelis ilmu dan amal sholeh lainnya, adalah ibarat berlian-berlian yang bertebaran di sungai Ramadhan.

 

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa ta’ala selama bulan Ramadhan, sebagaimana yang tersebut dalam doa malaikat Jibril dan diamini oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

 

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala).” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibnu Hibban dan al-Hakim; dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani).

 

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amal kebaikan kita di bulan suci Ramadhan yang penuh berokah dan ampunan-Nya, sebagaimana doa kita sebelum datangnya bulan Ramadhan, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan hati kita dipenuhi dengan keimanan dan pengharapan akan ridho-Nya.

 

Lantas apa yang masih tertinggal dalam diri kita setelah Ramadhan berlalu, adakah fadhilah atau hikmah yang ada pada diri kita setelah keluar dari madrasah bulan puasa Ramadhan? Ataukah kebiasaan baik selama bulan Ramadhan itu hilang seiring dengan berlalunya bulan Ramadhan. Lalu bagaimana agar kita tetap istiqomah mengenal Allah pasca Ramadhan?

 

Pertama, Berdoa agar hati kita tetap istiqamah dan tidak mudah berubah. Di antara doanya,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu)” (HR at-Tirmidzi).

 

Kedua, Berkumpul dengan orang-orang yang shaleh yang mengantarkan kita pada kebaikan.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.” (QS al-Kahfi: 28).

 

Ayat ini agar kita senantiasa bersama orang-orang yang shaleh sebab membersamai mereka bukan hanya bisa menenangkan hati namun juga mendorong diri untuk selalu berbuat kebaikan.

 

Ketiga, Berusaha beribadah terus-menerus walaupun hanya sedikit, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 

إنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai di sisi Allah ta’ala adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus (dawam) walau jumlahnya sedikit.” (Muttafaqun ‘Alaih).

 

Menjaga terus amalan kita sebagaimana saat di bulan Ramadhan, tidaklah mudah, namun teruslah berusaha secara maksimal, yang penting bisa rutin dan tetap dijaga.

 

Istiqomah dalam Beribadah

Orang-orang yang beriman dan terus menerus berusaha melakukan amal shaleh adalah orang yang istiqomah yang merupakan pertanda diterimanya amal shalehnya. Imam Ibnu Rajab berkata, “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Allah akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk terus beramal sholeh setelahnya”.

 

Jika Ramadhan telah mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka tugas berikutnya adalah bagaimana cara merawatnya, jangan sampai kita tergolong orang-orang yang mengenal Allah hanya pada saat Ramadhan saja, kemudian selepas itu meninggalkannya. Karena orang-orang yang demikian akan termasuk dalam golongan kaum yang sangat buruk, dimana mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan saja. “Sesungguhnya hamba yang shalih adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah sepanjang tahun penuh.” (Lathaiful Ma’aarif, Ibnu Rajab al-Hambali).

 

Ummul mu’minin ‘Aisyah Radhiyallahu anha berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan merutinkannya.” (HR. Muslim).

 

Oleh karena itu, hendaknya selepas Ramadhan, kebiasaan melakukan berbagai amalan tetap kita lanjutkan, antara lain adalah:

 

  1. Istiqomah dalam menjalankan Shalat fardhu.

Di bulan Ramadan, umumnya kaum muslimin sangat semangat menjaga shalat wajib lima waktu. Amal ibadah ini harus tetap dijaga di luar bulan Ramadhan. Begitu pula dengan shalat berjamaah di masjid, khususnya bagi kaum pria. 

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضْتُ عَلَى أُمَّتِكَ خَمْسَ صَلَوَاتٍ وَعَهِدْتُ عِنْدِى عَهْدًا أَنَّهُ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهِنَّ لِوَقْتِهِنَّ أَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِنَّ فَلاَ عَهْدَ لَهُ عِنْدِى

 

“Allah ‘azza wajalla berfirman, ‘Aku wajibkan bagi umatmu shalat lima waktu. Aku berjanji pada diriku bahwa barangsiapa yang menjaganya pada waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Adapun orang yang tidak menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya’.” (HR. Ibnu Majah).

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

 

صَلاَةُ الْجَمَاعَة أفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

“Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian, sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

  1. Istiqomah menjalankan puasa sunnah,

Berakhirnya Ramadhan, bukan berarti seorang mukmin terputus dari ibadah puasa. Syariat puasa tetap diperintahkan di luar bulan Ramadhan. Diriwayatkan dari sahabat Abu Ayyub Al-Anshari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

من صامَ رمضانَ ثم أتْبَعه ستاً من شوالٍ كان كصيام الدهر

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim).

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

ثلاث من كل شهر ورمضان إلى رمضان فهذا صيام الدهر كله

“Puasa tiga hari dalam setiap bulan (hijriyah), serta Ramadhan ke Ramadhan, semua itu seolah- olah berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim).

 

Selain itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menganjurkan untuk puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis.,

كانَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يتَحَرَّى صيامَ الاثنين والخميس

“Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menjaga puasa Senin dan Kamis” (HR. Tirmidzi, hadits sahih).

 

Disamping itu, ada puasa-puasa sunnah yang lainnya seperti puasa Daud, puasa ‘Arafah, dan puasa ‘Asyura (10 Muharram).

  1. Istiqomah dalam bershodaqoh.

Kebiasaan bersedekah di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dilanjutkan untuk memperbanyak sedekah meskipun di luar bulan Ramadhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

 

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.“ (QS. Al-Hadid: 18).

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air dapat memadamkan api“. (HR. Tirmidzi).

 

  1. Istiqomah dalam menghadiri majelis ilmu.

Di bulan Ramadan, banyak majelis ilmu yang bisa kita hadiri. Berbagai jenis kultum telah kita ikuti selama bulan Ramadhan. Seiring dengan berakhirnya bulan Ramadhan, bukan berarti berakhir pula kegiatan kita menuntut ilmu. Nutrisi rohani kita lebih penting dari nutrisi jasmani. Karena dengan ilmu maka seseorang akan mendapatkan banyak kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkan baginya ilmu agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

  1. Istiqomah dalam meninggalkan maksiat.

Madrasah Ramadhan telah mengajarkan kita untuk menjauhi perbuatan maksiat. Dalam suatu riwayat dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan justru mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).

 

Selama bulan Ramadhan, kita telah berusaha untuk taat dan menghindari perbuatan maksiat. Oleh sebab itu selepas Ramadhan, harus tetap istiqomah untuk meninggalkannya. 

 

  1. Istiqomah dalam beribadah dan beramal shalih hingga ajal menjelang.

Bulan Ramadhan telah berakhir, namun ibadah kita kepada Allah hendaknya tetap berlangsung dan tidak pernah berakhir sebelum maut datang menjemput. Allah Ta’ala berfirman,

 

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِين

“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai datang kepadamu al-yaqin (ajal).” (QS. Al Hijr: 99).

 

Makna dari ayat di atas adalah terus istiqomah dalam beribadah kepada Allah sepanjang hidup kita, hingga keyakinan datang kepadamu, yaitu kematian. Dan Rasulullah melaksanakan perintah Allah secara terus menerus, beliau istiqomah dalam beribadah kepada Allah hingga keyakinan datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jamaah Rahimakumullah,

Pasca bulan Ramadhan, kita memasuki bulan Syawal yang secara harfiyah artinya peningkatan. Syawal adalah bulan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, sebagai hasil madrasah bulan Ramadhan. Bulan Syawal juga dikenal dengan bulan pembuktian ketaqwaan seseorang, sebagai tujuan utama ibadah bulan puasa Ramadhan guna meningkatkan derajat taqwa. 

 

Jika tujuan ibadah puasa tersebut tercapai, maka dalam bulan peningkatan amal ibadah ini dan bulan-bulan selanjutnya seyogyanya seorang Muslim akan tetap istiqomah dalam menjalankan amal ibadahnya. Menjadi lebih khusyu’ dalam ibadahnya, lebih rajin dalam bershodaqoh, dan lebih bersemangat dalam berbuat kebaikan bagi sesama.

 

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua, dan menjadikan kita seorang Rabbani, yaitu hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu beribadah kepada-Nya di sepanjang waktu, dan bukan hanya beribadah kepada-Nya di bulan Ramadhan saja atau hanya di bulan-bulan tertentu lainnya.

 

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya bagi kita semua, agar kita senantiasa bersemangat dan istiqomah dalam melaksanakan ibadah selepas bulan suci Ramadhan. 

Aamiin Ya Rabbal Alamin.

 

 

Penulis : Prof Maksum Radji

Editor : Fajar Andrianto

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply