PUASA ADALAH PERISAI DI DUNIA DAN AKHIRAT

Prof. Maksum Radji

 

بسم الله الرحمن الرحيم

الْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحْابِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي، يَفْقَهُوا قَوْلِي، أَمَّا بَعْدُ

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

 

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 183).

 

Dalam Kitab Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah, dijelaskan bahwa ayat di atas memiliki  tiga tujuan dari penyebutan bahwa puasa juga diwajibkan bagi umat-umat terdahulu, yaitu, pertama, agar umat Islam memperhatikan ibadah ini, sebab ibadah ini telah disyariatkan Allah kepada kaum sebelumnya, kemudian Allah mensyariatkannya pula bagi umat Nabi Muhammad.

 

Hal ini menunjukkan banyaknya keutamaan yang dikandungnya dan besarnya pahala bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa. Kedua, Agar umat Islam tidak merasa berat dalam menjalankannya, sebab mereka telah mendapat teladan dari umat terdahulu. Sedangkan yang ketiga, adalah agar menguatkan tekat dalam menjalankan kewajiban puasa dan tidak lalai dalam melaksanakannya.

 

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 183 di atas juga menjelaskan tentang tujuan utama perintah dan kewajiban ibadah puasa yaitu untuk meningkatkan derajat taqwa bagi orang-orang yang beriman. Allah telah mewajibkan puasa itu atas umat-umat terdahulu, karena puasa itu termasuk di antara syariat dan perintah yang mengandung kemaslahatan bagi makhluk di setiap zaman.

 

Karena sesungguhnya puasa itu merupakan salah satu faktor guna meraih derajat taqwa yaitu merealisasikan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Orang-orang yang bertaqwa akan bersungguh-sungguh meninggalkan apa yang diharamkan dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah seraya mengharapkan pahala-Nya.

 

Dengan demikian, orang yang berpuasa akan melatih dirinya untuk selalu merasa diawasi oleh Allah, maka dia meninggalkan apa yang diinginkan oleh nafsunya padahal dia mampu melakukannya karena dia tahu bahwa Allah melihatnya.

Perisai di Dunia dan di Akhirat

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلا يَرْفُثْ وَلا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

“Puasa itu adalah perisai, maka janganlah (seseorang yang sedang berpuasa) mengucapkan ucapan yang kotor, dan janganlah bertindak bodoh, dan jika ada orang yang sewenang-wenang merebut haknya atau mencelanya, maka katakan, ‘Saya sedang puasa.” (HR. Al-Bukhari).

 

Dalam Riwayat lain, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka.” (HR Ahmad).

 

Makna dari hadits-hadits di atas adalah puasa menjadi perisai dan menjadi pelindung yang akan melindungi kita di dunia dan juga di akhirat.  Di dunia, puasa akan menjadi pelindung yang akan menghalangi kita mengikuti godaan syahwat yang terlarang pada saat berpuasa.

 

Orang yang berpuasa dituntut menjaga puasanya, dengan cara memperbanyak amal shalih dan menjauhi maksiat dan akhlak tercela seperti, berdusta, berkata kotor, mencaci, mencela, menggunjing, menipu, curang, menzalimi orang lain, adu mulut dan perbuatan buruk lainnya.

 

Orang yang puasa dituntut untuk menjaga kesempurnaan puasanya dan menghindari segala hal yang membatalkannya. Orang yang sedang berpuasa dianjurkan untuk senantiasa menghiasi dirinya dengan akhlak karimah dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela.

 

Selain itu, ibadah puasa akan mendidik seseorang untuk bersabar dan orang berpuasa dianjurkan untuk tidak membalas orang yang menganiaya dirinya dengan balasan serupa. Sehingga jika ada yang mencela ataupun menghina dirinya maka hendaklah dia mengatakan ‘Aku sedang berpuasa’.  

 

Sedangkan di akhirat kelak, puasa menjadi perisai dari api neraka, yang akan melindungi dan menghalangi kita dari siksa api neraka pada hari kiamat kelak. Karena ibadah puasa yang dikerjakannya atas dasar iman dan bersungguh ingin mendapatkan pahala dari Allah, akan melindunginya dari perbuatan dosa dan maksiat, serta akan mendapatkan ampunan dari Allah atas segala dosanya yang telah lalu. 

 

Oleh sebab itu bila puasa seseorang mampu menjadi perisai bagi dirinya dari berbagai perbuatan maksiat ketika di dunia, maka diakhirat kelak, puasa tersebut akan menjadi perisainya dari azab neraka. Namun apabila puasa tersebut tidak bisa menjadi perisai baginya dari maksiat ketika di dunia, maka tidak akan menjadi perisai dirinya dari api neraka di akhirat kelak.

 

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari no. 2014).

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua dan semoga Allah memudahkan kita untuk menyempurnkan ibadah puasa, memperbanyak pahala dan meraih berbagai keutamaannya, serta memperoleh ampunan-Nya.

Aamiin Ya Rabbal Alamin.

 

 

Penulis : Prof. Maksum Radji

Editor : Fajar Andrianto

Bagikan Postingan Ini :

Leave a Reply