ustadz Riksuhadi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “malas” memiliki arti, tidak mau bekerja atau enggan mengerjakan sesuatu, segan, tidak suka, tidak bernafsu, dan seenaknya. Dalam bahasa Arab, “malas” disebut dengan al-kaslu ( الكسل ) yang bermakna “berat untuk mengerjakan sesuatu, malas, menganggur, lesu, lamban, bermalas-malasan, dan mengendur”. Imam Raghib al-Ashfahan Rahimahullah mengatakan bahwa: “Malas adalah merasa berat dalam suatu urusan yang seharusnya tidak perlu merasa berat.”
Malas Dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an Kalimat malas ini ditemukan dalam beberapa ayat diantaranya:
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas ( QS.An-Nisa : 142 )
وَمَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَٰتُهُمْ إِلَّآ أَنَّهُمْ كَفَرُوا۟ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ وَلَا يَأْتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَىٰ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَٰرِهُونَ
Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa). (QS. At-Taubah: 54)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. ( QS. At-Taubah :38 )
Malas itu adalah, tidak ada semangat, kehilangan gairah untuk melakukan kebaikan, pekerjaan ringan dianggap berat, kendor, enggan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, maunya senang-senang saja, bermalas-malasan, bahkan untuk berfikir saja terkadang enggan dan malas, lebih memilih diam, duduk, tenang-tenang saja, padahal sebenarnya mampu untuk berbuat dan melakukan sesuatu.
Malas Sifat Yang Tercela
Bahkan Allah Subhanahu wata’ala mencela orang yang lemah karena malas
Allah Subhanahu wa ta’ ala mencela sikap lemah, tidak bersungguh-sungguh, tetapi kamu harus memiliki sikap cerdas dan cekatan, namun jika kamu tetap terkalahkan oleh suatu perkara, maka kamu berucap, ‘Cukuplah Allah menjadi penolongku, dan Allah sebaik-baik pelindung.” (HR. Abu Dawud, hadist ini dinilai lemah oleh Al-Albani)
Lebih parahnya lagi kalau sifat malas ini sampai ditunggangi oleh syetan, karena jiwanya akan tercemari dan tensi malasnya semakin meningkat sehingga dapat menunda-nunda amal kebajikan yang seharusnya langsung bisa dikerjakan saat itu juga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
“Apabila seorang hamba bangun malam, kemudian berdzikir kepada Allah, terlepaslah satu ikatan. Apabila dia berwudhu, terlepaslah satu ikatan lagi. Jika dia shalat, maka akan terlepas seluruh ikatan. Maka pagi harinya jiwanya akan semangat dan bagus. Jika tidak bangun (malam), jadilah jiwanya jelek dan malas.”
Menjadi Beban Orang Lain
Sahabat Umar bin Khattab mengatakan bahwa pemalas itu menjadi beban orang lain
يَا مَعْشَرَ الْقُرَّاءِ، ارْفَعُوا رُءُوسَكُمْ فَقَدْ وَضَحَ الطَّرِيقُ، اسْتَبْقُوا الْخَيْرَاتِ، وَلَا تَكُونُوا عِيَالًا عَلَى الْمُسْلِمِينَ»
“Wahai para pembaca Qur’an (yaitu ahli ibadah), angkatlah kepala kalian, sehingga teranglah jalan. Lalu berlombalah dalam kebaikan. Dan janganlah menjadi beban bagi kaum muslimin” ( Kitab Ishlahul Maal )
Orang yang malas akan menjadi beban bagi orang lain, karena akan senantiasa membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, selalu minta tolong terhadap pekerjaan-pekerjaan yang ringan sekalipun, karena jiwanya telah terjangkiti penyakit malas.
Perangi Kemalasan
Islam mengajarkan kepada setiap muslim agar senantiasa berlomba-lomba dan mengobarkan semangat dalam kebajikan( فَاسْتَبِقُوا الْخَيْراتِ), cerdas, cekatan, bersegera dalam kebaikan, meningkatkan kemampuan berpikir serta pandai memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik mungkin. Agar hidupnya dapat terus meningkatkan nilai – nilai ibadah, kemaslahatan dan kemanfaatan terhadap sesama dan lingkungan alam sekitarnya.
Rasulullah bersabda :
وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجِزْ
“…..dan dalam semua kebaikan Semangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah serta janganlah kamu lemah.”) HR. Muslim )
Berkata Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, “Hendaknya seseorang menanggalkan rasa malas, santai, bahkan hendaknya dia memerangi rasa malas. Karena sesungguhnya rasa malas adalah hasil dari sifat penyesalan dan penipuan. Dan sifat sungguh-sungguh itu akan berbuah manis, baik di dunia maupun di akhirat atau salah satu dari keduanya. Maka orang yang paling berbahagia adalah orang yang paling capek, dan orang yang paling capek adalah orang yang paling Bahagia”.
Seorang muslim hendaknya terus menerus memerangi sifat malas yang bersarang pada dirinya tanpa henti, karena sifat yang tercela ini hanya akan membuatnya lalai, apatis, bodoh, miskin dan terbelakang ,serta dia cenderung untuk melakukan hal yang sia-sia belaka. Sifat malas ini pulalah yang menjadi penghambat bagi seseorang untuk bisa berfikir kreatif dan produktif, sehingga sulit untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan yang ingin dicapainya, baik itu kebaikan dalam kehidupan dunia maupun kebaikan dalam kehidupan akhiratnya, karena sifat malas ini bisa menjadikan seseorang kehilangan semangat dan gairah dalam beribadah, terutama sekali jika sifat malas ini ditunggangi oleh syetan maka akan lebih dahsyat lagi pengaruh buruknya.
Allah berfirman :
يااَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ وَمَنْ يَّتَّبِعْ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ فَاِنَّهٗ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan! Siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh (manusia mengerjakan perbuatan) yang keji dan mungkar.” (QS. An-Nur: 21).
Begitu buruknya sifat malas ini sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa perlindungan agar umatnya terbebas dari penyakit yang sangat membahayakan ini sabda Rasulullah :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ، وأعوذ بك من البخل
Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari rasa malas, aku meminta perlindungan pada-Mu dari lemahnya hati, aku meminta perlindungan pada-Mu dari usia tua (yang sulit untuk beramal) dan aku meminta perlindungan pada-Mu dari sifat kikir atau pelit).” (HR. Bukhari, no. 6371)
Futur
Ada lagi istilah malas yang disebut dengan Futur adalah kemalasan setelah sebelumnya giat dan bersemangat. Ini adalah Sebagian dari tabiat buruk manusia yang diberikan Allah kepada manusia . Baik futur dalam urusan agama atau dalam urusan dunia. seperti malas setelah sebelumnya rajin dalam menuntut ilmu ataupun rasa malas setelah sebelumnya rajin beribadah, rajin menulis tiba-tiba berhenti dan enggan atau malas untuk melakukan kegiatan menulis lagi, dan sebagainya yang insyaaAllah akan dibahas pada kesempatan berikutnya.
Penulis : Ustadz Riksuhadi
Editor : Fajar Andrianto